Ceklek!
Marpuah membuka pintu rumah markas Kill Rabbits.
"Hallo, kalian lagi nungguin, Puah, ya?!" tanya Marpuah dengan penuh percaya dirinya.
Seketika semua terdiam dan melihat kearah Marpuah.
Mereka tampak bingung kenapa Marpuah tiba-tiba sudah ada di hadapan mereka, dan tubuhnya terlihat sangat kotor dan bau.
Sebenarnya kalau masalah kotor dan bau sudah biasa, hanya saja kali ini tingkat kubulukannya benar-benar melebihi di atas rata-rata.
"Marpuah! Lu habis ngapain sih, perasan buluk banget!" cerca Didi.
"Puah, habis—"
"Saha maneh? Ulah ganggu-ganggu, aing!" teriak Qimons, yang masih dengan tubuh kelojotan tak karuan.
"Wah, Bang Qimons! Lagi kerasukan ya?!" teriak Marpuah. "Wah, keren!" ucapnya seraya bertepuk tangan.
Kembali yang lainya melihat Marpuah dengan nanar.
"Ih, benar-benar sudah gila ini anak!" ujar Rudolf.
"Ada orang kesurupan malah dikasih tepuk tangan!" imbuh Didi.
"Benar-benar, gak ada akhlak!" cerca Abah Rene.