Pikiran Firman Setya sangat gelisah. Melihat wajah Budi, ada iritasi yang muncul dari lubuk hatinya. Setelah beberapa saat, dia tidak bisa membantu tetapi menembak kejahatan dan menatap Budi dengan marah. Panti asuhan, Anda sudah lama tidak menang, jadi masih berani datang dan komplain padaku? "
Budi menangis dan berkata, "Kakak ipar, saya, saya telah berjalan sesuai rencana. Saya tidak mengharapkan seorang pria muncul di tengah jalan. Dia memukul saya tanpa pandang bulu. Saya tidak bisa menahan."
"Tutup mulut kamu" Firman Setya memarahi Budi dengan dingin, "Dunia ini tidak lebih kuat dari tinju seseorang. Dunia ini lebih kuat dari pergelangan tangan seseorang! Seorang anak di Sebuah panti asuhan tanpa latar belakang berani bertarung dengan kita.Kamu harus selesaikan ini. "
Budi menggertakkan gigi, "Ya, kakak ipar, saya pasti menyelesaikan tugas."