Dika menatap Bu Dela
Garis karakter ini, nafas maskulinitas yang kuat dan peningkatan diri, dapat membuat orang merasakan mentalitas orang yang menulis garis karakter ini pada saat itu.
Perbaikan diri.
Tidak akan ada dekadensi atau keterkejutan seperti yang dipikirkan Bu Dela.
Dika tetaplah Dika.
Bu Dela mengeluarkan pengering rambut, mengambil buku di tanah dan meniupnya.
Angin bersiul bergema di aula ruangan.
Dika tidur.
Saat kubuka mataku, malam sudah kabur.
Dorong pintu hingga terbuka, dan lampu di aula menyala.
"Bangun" Bu Dela duduk di sofa, melihat majalah, dan berkata dengan santai, "Ada mie di dapur. Saya punya sisa makanan.
Dika melirik, dan buku-buku di tanah telah diletakkan dengan rapi di atas meja.
Dan di atas meja kopi di depan Bu Dela juga terdapat pengering rambut.
Dika tersenyum tipis, dan hatinya hangat.