Dika diam-diam mencatat nomor ini di dalam hatinya.
Tujuh belas orang.
Apa yang harus dibayar kembali, selalu dibayar kembali.
Saat itu masih sore untuk kelas, dan dia masih harus menunggu Pak Roy mengirim seseorang untuk mengirimkan uang. Dika tidak terburu-buru pergi. Dia berjalan ke rumah sakit dan memberi Pak Cahyo makan. Adapun Te, dia tidak bisa makan sekarang. Dia sangat lemah, dan setelah mengobrol dengan Dika sebentar, dia tertidur.
Bangsal yang tenang.
Telepon Dika berdering dan keluar dari koridor untuk mendengarkan panggilan itu.
Tiba-tiba, beberapa sosok berjas putih datang dan mendorong pintu bangsal.
Bangsal tempat Te berada memiliki total tiga tempat tidur, penuh dengan pasien.
Wakil Direktur Fani membawa beberapa dokter dari rumah sakit untuk datang berkeliling.
Ekspresi tersebut sangat memperhatikan situasi pasien, menghibur pasien untuk memulihkan ketenangannya.
Akhirnya sampai di tempat tidur Te.