Chereads / JAVAS AND OCEAN / Chapter 18 - Bab 18

Chapter 18 - Bab 18

Biar nggak terlalu sepi bacanya aku kasih lagu buat nemenin kalian …. Hahah!

Enjoy!

Title track :*)

Rihanna - Kiss It Better

Happy Reading

***

Anjing ini benar-benar menarik perhatian Ocean. Dia bisa sedikit melupakan rasa gugupnya dengan mengalihkan perhatiannya pada anjing ini.

"Guk … guk!" bahasa Swanna, "Kau siapa?" Swanna menggoyangkan ekornya kekanan dan kiri. Menandakan jika ia sangat menyukai dan merasa nyaman berada didekat Ocean.

"Sssttt, jangan berisik." Ocean menyuruh anjing ini diam. Walau dia belum tahu hubungan antara orangtuanya dengan pria itu namun dia tidak ingin mengganggu suasana haru di antara mereka bertiga.

"Aku Ocean, salam kenal …," bisik Ocean lirih, mengedipkan matanya menatap mata indah Swanna, "Kau jantan atau betina? Punya nama? Siapa namamu? Pria itu pemilikmu, 'kan? Dia orangnya seperti apa? Baikkah? Galakkah? Yang mana? Pasti dia galak 'kan? Kau pasti sering dimarahi. Eh, kau tidur dengannya, iya? Bagaimana rasanya tidur dipelukannya? Pasti rasanya sangat hangat dan nyaman, iya 'kan?" tanya Ocean tanpa henti berharap Swanna dapat berbicara dan menjawab pertanyaannya. Setidaknya jika anjing ini bisa bicara, dia tidak merasa sendiri di tempat asing ini.

"Mau jadi temanku? Aku punya kekasih, dia sangat menyukai anjing. Jika pemilikmu mengijinkan, aku akan mengenalkannya padamu, heum. Mau? Jika tidak diizinkan aku akan menculikmu." Ocean mengecup dan menggigit kecil pipi Swanna dengan gemas, "Dasar menggemaskan! Sayangnya Papaku tidak mengizinkan memelihara binatang. Kau lihat pria tua itu?"

"Guk … guk … guk!" Swanna melompat kecil, berlari mengitari Ocean dengan girang.

"Hahaha, dia Papaku, sangat mengerikan 'kan?"

"Guk … guk!"

"Dan itu Mamaku, cantik bukan?"

"Guk … guk!"

"Aihhh, lucunya." Ocean tertawa riang bermain dengan anjing ini.

"Namanya Swanna. Makhluk paling menyebalkan di dunia ini. Maklum dia betina!" seru Javas dengan mata tertuju pada Ocean, dia ingin mencuri perhatian mereka berdua.

Sejak tadi saat Maya sedang bercerita dengan amat antusias, sebenarnya dia tidak lepas melihat Ocean yang sedang bermain dengan anjingnya. Tidak biasanya Swanna terlihat 'welcome' dengan orang baru. Biasanya Swanna akan menggeram penuh waspada pada orang yang tidak dikenalnya tapi tidak dengan Ocean justru Swannalah yang selalu mencari perhatian Ocean. Mungkin anjing punya insting yang lebih peka dari manusia biasa. Mereka bisa membedakan mana manusia yang tulus dan tidak tulus pada dirinya.

"Hem, menarik. Tidak pernah ada yang bisa sedekat ini dengan Swanna. Jika Swanna menyukainya, bisakah aku mendapatkannya?" batin Javas sedang menilai Ocean dengan cermat. Dia tidak mau salah langkah. Ocean putra Mahad dan Maya, tidak mungkin dia seperti dirinya.

Hem …. Penampilan dan gerak tubuhnya pun normal. Tapi ada sesuatu yang berbeda dari Ocean. Tapi, feelingnya tidak pernah salah. Dia selalu mendapatkan apa yang dimaunya, Ok!

"Eh, i-iya, na-nama yang cantik," ucap Ocean dengan gugup. Dia hanya berani melihat Javas dengan sekilas lalu berpaling lagi mengelus Swanna kembali. "Untung ada kau," bisik Ocean mengecup Swanna lagi, "Jadi namamu Swanna. Pantas kau sangat cantik. Matamu juga sangat indah," katanya lagi, dengan salah tingkah yang sesungguhnya.

"Betina?" tanya Ocean untuk menghilangkan gugup.

"Heum, Namanya saja Swanna," jawab Javas menyunggingkan senyum dengan gemas.

"Ohh, i-iya, tadi kau juga sudah mengatakannya." Ocean mengangguk dengan cepat, bodoh!

"Swan, kemari!" perintah Javas supaya Swanna bisa lepas dari laki-laki yang belum dikenalnya. Agar dia bisa melihat dengan jelas seperti apa laki-laki ini sebenarnya.

Ocean masih diam ditempat, melihat kepergian Swanna yang mendekati pemiliknya. "Senangnya bisa bermanja-manja dengannya," batinnya, memperhatikan bagaimana pria itu mengecup hidung Swanna dengan begitu mesra dan penuh kasih sayang. Memberikan senyum indahnya untuk Swanna dan hei … "Lihatlah tangannya yang berurat, bagaimana jika tangan itu yang mengelus leherku? Bagaimana jika mata sedalam lautan itu yang menatapku dengan penuh sayang? Bagaimana jika yang dipanggil 'Honey' itu aku? Bagaimana jika ujung hidungnya yang mancung yang menyusuri tubuhku? Bagaimana jika yang menjilati rahang tegas itu adalah aku, bukan Swanna? Bagaimana jika bibirnya yang kecoklatan itu yang mencium …?"

Gluk!

Astaga! Matanya mengerjap bingung.

Ihhh, Qanshana, kau punya Qanshana Oce. Mintalah padanya, ok! Qanshana pasti akan memberikannya padamu.

Dan ….

Deg!

Kenapa celanaku jadi menyempit! Apa yang terjadi padaku. Sial!

"Oce, kemari sayang."

"A-apa, Mah?" Sahut Ocean cepat, mendongakan kepala melihat Mamanya. Menormalkan pikiran gilanya dan menyembunyikan sesuatu yang menggembung di balik celananya.

"Kemari, Oce. Berdirilah," Maya tersenyum gemas pada Ocean.

"I-iya, Mah." Ocean masih diam, dia bingung.

"Kemari, Oce. Cepat." Maya semakin gemas, melambaikan tangannya menyuruh Ocean mendekat.

"Ocean!!"

"Iya, Mah."

Ocean beranjak dari duduknya, merapikan pakaiannya sedikit, melirik ke bawah memastikan sesuatu di sana, ok, aman.

Sebelum dia melangkahkan kaki, ia melihat Yasa dan Sari yang wajahnya sudah berlipat kesal, ada apa? Ocean mengedikan bahu tidak paham saat membaca ekspresi mereka berdua. Jangan-jangan memang benar jika mereka adalah musuh. Huh!

"Ocean, astaga!" Maya semakin gemas melihat Ocean yang tidak kunjung jalan.

"I-iya, Mah, iya."

Dengan gugup Ocean berjalan kearah mana mereka bertiga berdiri.

"Ocean, kemari," Maya langsung menarik tangan Ocean untuk berdiri lebih dekat dengan Javas.

Lebih dekat dengannya? Aku tidak mimpikan? Ternyata jika dilihat dari dekat seperti ini, wajah Javas sangat tampan dan teramat manis. Ocean ingin sekali menyentuh wajahnya saat ini juga. Tapi, bisakah aku menyentuh wajah ini? Bolehkan bibirku mendarat di setiap sisi wajahnya? Bolehkah aku …?

Deg!

Ocean seperti terkena sengatan listrik? Sekujur tubuhnya bergetar halus, jantungnya pun berdebar dengan sangat cepat seperti ada yang menambuhnya dan sepertinya ada sesuatu yang menggetarkan hatinya yang paling terdalam.

"Ini Javas Deniswara, Oce."

"JAVAS DENISWARA," batin Ocean girang. Ok, namanya Javas … Javas. Tenang, Oce. Jangan seperti cacing gila, Ok.

"Dulu Papamu yang memberikan nama untuk Javas."

"Eh?"

"Apa?"

Ocean dan Javas serempak melihat kearah Mahad. Mereka berdua benar-benar terkejut dengan pernyataan Maya. Lalu tanpa sengaja mereka berdua saling tatap, mempertanyakan hal yang sama dalam diam.

"Hem …," Mahad menipiskan bibir, membenarkan ucapan Maya. Kenapa harus diberitahu sekarang? Jika tidak dipaksa Maya saat itu, sebenarnya dia setengah hati memberikan nama untuk Javas. Dan lagi pasti urusannya akan panjang jika Ocean ….

"Papa hutang penjelasan padaku?!" Ocean mencebikkan bibir menatap mata Papanya dengan kesal.

"Hem …," lagi-lagi Mahad hanya ber-hem ria, tidak ingin memperpanjang urusan ini.

Maya hanya terkekeh melihat wajah Ocean yang siap memberondong suaminya dengan sejuta pertanyaan.

"Dan ini, Ocean, anak bibi, Vas."

"Eh." Ocean langsung melihat Mamanya, kenapa tiba-tiba sekali? Tidak ada basa-basinya.

"Yang sopan," ucap Maya menyuruh Ocean mengulurkan tangannya.

Dengan setengah keberanian dan dengan setengah jiwanya yang berteriak panik dan gugup, tangannya terulur dengan tidak percaya diri.

"Oce ...."

Deg!

Gluk! Salivanya tertelan kasar, berdeham kecil untuk membersihkan kerongkongannya yang terasa kering walau sudah tersiram oleh salivanya sendiri.

"Ehem, Ocean Cakrawala," ucapnya.

Ahhh!

Ocean berteriak kelabakan dalam hati saat merasakan hangatnya tangan Javas yang terasa kuat dan kasar saat menggenggam erat tangannya.

"Javas Deniswara. Senang berkenalan denganmu, Oce …." Javas mengedipkan mata. Dia benar merasakan adanya sesuatu hal yang bisa dirasakan dari sentuhan tangan ini. Sepertinya feeling akan radar kesensitifitasannya yang bekerja sedari tadi memang benar adanya. "Bagaimana membuktikan feelingku?" batinnya semakin erat menggenggam tangan Ocean.

"Eh, boleh saya memanggilmu hanya nama tanpa tuan? Kita seumuran 'kan? Aku akan berbicara non formal padamu, Ok."

"O-ok, bo-boleh. Jus-justru aku senang. Eh," Ocean menggelengkan kepalanya, "Kau bebas memanggilku apa saja. Ehem … senang berkenalan denganmu … ehem, Ja-Javas … Javas," ucap Ocean dengan wajah menghangat. "Apa-apa ini kenapa jantungku berdebar sangat cepat!" teriak Ocean dalam hati. Mana tangannya belum dilepaskan lagi. Ku elus saja atau bagaimana?

Astaga!

"Ehemmm, sepertinya kau harus merapikan dirimu, Vas! Ikutlah makan malam dengan kami!" seru Sari dengan wajah ditekuk kesal. Sudah hampir 15 menit mereka berdiri dan berbincang di sana tanpa melibatkan dirinya dan suaminya. Mereka berempat benar-benar menghiraukan dirinya yang berdiri bagai patung tak berarti di pojok ruangan ini.

"Hemmm," Javas melepas genggaman tangannya dari Ocean. Dia mengusak-asik rambutnya dengan malas.

"Yahhh, kok dilepas?!" Ocean menggerutu dalam hati. Sepertinya tangan ini tak akan dicuci selama 3 atau sampai 1 minggu lamanya.

Hiks! Ada apa denganku! Sepertinya aku membutuhkan Qanshana.

"Bergabunglah dengan kita, Vas." Mahad bersuara dengan aura dominan.

"Iya, tuan," ucap Javas menundukkan kepala dengan sopan.

"Bibi tunggu. Bersiaplah. Tidak perlu terlalu berlebihan yang penting rapi, Ok." Maya mengusap lembut bahu Javas lalu mengacak-acak rambut Javas dengan gemas.

"Eh, i-iya, bi." Javas mengangguk dengan cepat. "Setelah aku memberi makan Swanna, aku akan merapikan diri dan bergabung dengan kalian."

"Ok!" seru Maya senang.

"Mah, ih, udah." Ocean merangkul tangan Mamanya, "Sejak tadi Mama hanya memperhatikannya," ucapnya sembari menarik tangan Maya.

"Iya, iya, dasar anak manja." Maya mengusap pucuk kepala Ocean dengan gemas.

***

Ocean ganjen sekali, inget ada Qanshana, Oce -_-

Salam

Busa Lin