"Tentang ini, kita bisa membahasnya." Tangan besar Kenzi mulai tidak jujur, "Mari kita bahas secara mendalam."
Proses diskusi berlangsung sangat meriah, antusias, dan memanjakan.
Khawatir Haru juga ada di rumah, Sinta tidak berani tidur di tempat tidur, dan duduk di ruang makan dengan pinggangnya yang sakit. Dia menggembungkan pipinya dan melihat ke arah Kenzi yang menyegarkan di seberang meja, melepas sepatunya, dan menendangnya segera setelah dia mengangkat kakinya hingga mencapai betis Kenzi.
Kopi di tangan pria itu masih mantap, dan dia mendongak, dengan senyum agak genit di matanya.
"Huh!" Dengan suara sengau, Sinta memeluk dadanya dan menoleh, mencoba membuat dirinya terlihat sangat marah.
Dibangunkan oleh pelayan, Haru menarik kursi dan duduk: "Pagi."
"Haru, apakah kamu tidur nyenyak?" Sinta bertanya dengan prihatin.
Haru tersenyum: "Istimewa, sangat bagus!"