"Ada apa?" Suara pria itu datang dari dapur. Sinta buru-buru berlari ke arahnya. Melihat Kenzi memakai celemek dan memegang sendok di tangannya, hatinya tiba-tiba menjadi rileks.
"Kamu sudah cukup tidur?" Kenzi berkata sambil menatap Sinta dengan lembut, "Sarapan hampir siap, pergi dan cuci muka."
Sinta tidak pergi. Dia melangkah maju dan memeluknya. Dia membenamkan wajahnya dengan kuat di dadanya: "Kupikir kau kabur."
Mengangkat tangan untuk memeluk pria kecil di pelukannya, Kenzi dengan tenang berkata: "Aku tidak bisa meninggalkanmu, aku tidak bisa lari, jangan khawatir."
Dengan hati yang hangat, Sinta berjinjit dan menciumnya: "Aku akan mencuci muka."
Setelah mencuci, sarapan Kenzi juga sudah siap.
Meskipun Kenzi telah memasak beberapa kali, sarapannya tetap membuatnya takjub.
Setelah makan dan minum, Sinta bersarang di pelukan Kenzi.
"Mau nge-date?" Kenzi memandang wanita yang memicingkan mata dengan malas seperti kucing.