Dengan senyum di bibirnya, Kenzi melipat lengannya dan memeluk wanita di pelukannya lebih erat.
Tubuh lembut tampaknya membawa energi yang luar biasa, mengisi dada dengan kehangatan dan kebahagiaan.
Dua orang yang saling berpelukan itu tidak bangun sampai tengah hari. Setelah mandi, Sinta melompat ke dapur untuk membantu.
Makan siang sudah siap, Sinta tinggal menyiapkan peralatan makan dan sumpitnya saja.
"Kenzi, waktunya makan!" Sinta berteriak setelah meletakkan sumpitnya.
Kenzi berjalan keluar dari kamar tidur, mengenakan jas rumah dengan tubuh tegaknya, dan dia hanya mengeluarkan nafas yang halus.
Karena tidak bisa terus menatapnya, Sinta melangkah maju, meraih tangan Kenzi, dan dengan lembut menjatuhkan ciuman di bibirnya dengan berjinjit.
Hampir jatuh, Kenzi mengangkat tangannya untuk menghentikan pinggangnya dan menekannya.