Sinta tidak mau terlalu memaksa, tapi dia juga tahu kalau Pak Rama bisa menunggunya sampai dua kelas selesai, kiranya masih ada yang ingin dia katakan padanya, ditambah lagi pak tua itu sendiri keras kepala.. Aku menyelinap pergi, aku takut dia bisa menunggu di sini sampai sore, nantinya keadaan hanya akan menjadi lebih buruk.
Setelah menimbang pro dan kontra, Sinta mengundurkan diri dan berjalan ke bawah.
Pada saat ini, para siswa penonton di lantai bawah juga dibubarkan, dan para pemimpin memandang ke Pak Rama, yang sama stabilnya dengan gunung, semua berkeringat seperti hujan.
Kharisma pak Rama membuat orang-orang tidak bicara, tidak ada yang berani bertanya lagi, dan mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan pak tua itu.
Akhirnya, setelah direktur sekolah tiba, Pak Rama angkat bicara.
"Tidak apa-apa, aku hanya datang dan menemui calon menantu perempuanku."