Meskipun suasana di ruang tamu tidak menyebar ke ruang kerja di lantai dua, suasana ruang belajar juga tidak menyenangkan.
Setelah Kenzi dan Sinta masuk, Pak Rama tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi menatap Sinta dengan tatapan tajam.
Dari segi penampilan, alis Pak Rama sangat mirip dengan Kenzi, namun yang membedakan adalah angin dan embun beku yang tertinggal selama bertahun-tahun memiliki garis-garis mekar di ujung matanya.
Mata yang menusuk, seperti pisau dengan bilah Cambridge, memicu emosi yang dalam.
Mampu menumbuhkan keluarga Prasetya dengan satu tangan, Pak Rama tentu saja bukan orang yang mau menunggu.
Meskipun Sinta telah membuat persiapan psikologis yang cukup, masih tidak terhindarkan untuk menahan pandangan Pak Rama.
Memegang tangan kecil yang sejuk dengan tangannya yang besar, Kenzi mengambil satu langkah ke depan dan meletakkan Sinta di belakang bahunya yang lebar: "Ayah, Sinta dan aku mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu."