Sebelum berangkat ke sekolah pada hari Senin, Pak Dodi datang ke Sinta tepat waktu untuk pemeriksaan rutin.
Melihat dompet yang diserahkan Sinta, dia mengambilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sinta tidak banyak bicara.
Kembali ke sekolah, Sinta kembali ke kamar tidur dulu untuk mendapatkan dokumen terjemahan.
Keluar dari asrama, aku melihat Dinda, dengan rambut hitam dan wajah seperti kertas, berjalan tanpa ekspresi.
Sinta melirik waktu, sudah jam delapan.
Dinda biasanya pergi ke kelas pada jam lima untuk mulai mereview. Kenapa hari ini dia telat?
Setelah pintu dikunci, Sinta tidak banyak berpikir, tapi pergi ke ruang kelas dengan membawa buku di pelukannya.
Cuaca dingin dan siswa tidak begitu aktif di kelas.
Sampai bel berbunyi, masih ada orang yang bergegas masuk ke dalam kelas.
Panggilan absensi terus-menerus terputus, dan wajah Bu Lita tampak panjang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.