"Ketukan."
Kaca jendela mobilnya di ketuk dua kali, tidak berat, tapi membuat kulit kepala mati rasa.
Mengangkat matanya,Sinta memandang Kenzi, yang sudah berdiri di depannya, dan tiba-tiba menjadi tenang.
Menempatkan tangannya di jendela mobil, Sinta memandang Kenzidengan sedikit keingintahuan dan sedikit keengganan.
Dia telah melihatnya terlihat lembut, dia telah melihatnya dingin, tetapi dia belum pernah melihatnya marah.
Ternyata, itu dia ...
Seperti singa yang pemarah, nafas yang keras hampir dapat merobek tulang ikat pinggang seseorang menjadi beberapa bagian.
Menarik tangannya, mengumpulkan semua keengganan di hatinya, Sinta menekan jendela mobil: "Apakah kamu di sini untuk memberikannya kepadaku?"
Dengan wajah seperti patung es yang diselimuti bayangan, nada suara Kenzi tenang: "Turun!"
Sambil menggelengkan kepalanya, Sinta berkata, "Aku akan terlambat, kau tahu itu.."
