Kisah ini bermula di bumi, pada waktu yang cukup lama setelah generasi pertama manusia diciptakan. Ketika itu daratan memang telah terpecah menjadi beberapa bagian besar, dan para manusia masih dapat hidup dengan mencapai usia hingga ratusan tahun. Walaupun itu termasuk masa awal kehidupan manusia, namun perkembangan kehidupan mereka cukup menakjubkan. Mungkin karena dipengaruhi oleh faktor manusia dapat berusia cukup panjang, hingga pada masa itu individu mereka memiliki cukup waktu untuk mempelajari suatu proses pengetahuan yang sifatnya progresif. Meskipun manusia pada akhirnya akan mati, namun apa yang sebelumnya telah pendahulu mereka temukan akan tetap hidup dan dikembangkan oleh generasi penerus nya. Sungguh terlihat, bahwa telah sejak lama manusia berusaha untuk membuktikan bila diri mereka memiliki nilai yang melebihi makhluk lainnya.
Ya manusia memang makhluk yang cerdas, buah pengetahuan pun konon sudah dimakan oleh leluhur mereka. Wajar bila mereka peka dan dengan cepat mempelajari kinerja sistem di dunia ini, menemukan cara-cara untuk dapat menyesuaikan diri dan memanfaatkan apa yang telah di sediakan oleh Sang Pencipta untuk mereka.Walaupun demikian, manusia tidak dapat berkembang hanya dengan kecerdasan dan pengetahuannya sendiri. Mereka memiliki keterbatasan sebagai mana makhluk lain yang juga merupakan suatu ciptaan. Perlu adanya faktor lain yang membantu manusia dalam mengatasi keterbatasan itu. Beruntungnya di permukaan bumi, masih bersemayam sisa-sisa energi dari proses penciptaan. Energi ganjil yang mengandung berbagai keajaiban. Energi itu yang membantu manusia melalui proses perkembangan yang perlu ditempuh, menjadi pionir dalam hal-hal yang baru pertama kali manusia lakukan. Itulah masa dimana keajaiban masih dapat dengan mudah ditemukan.
Energi keajaiban hidup berdampingan dengan manusia, menghinggapi siapapun yang cukup beruntung untuk menyadari keberadaannya. Tentu saja lambat laun mereka yang peka terhadap keajaiban menjadi lebih unggul daripada manusia lainnya, sehingga terciptalah perbedaan antar golongan yang kuat, yaitu mereka yang terdiri atas para manusia gagah perkasa, berilmu pengetahuan, maupun kaum yang bijaksana. Lalu golongan para pengikut, yaitu mereka yang mengandalkan atau berlindung kepada kemampuan para golongan kuat. Dengan adanya penggolongan yang demikian, tercipta juga sistem kepemimpinan diantara mereka. Mulailah bermunculan para penguasa yang berasal dari golongan yang kuat, memimpin pengikut mereka untuk mencapai suatu tujuan. Ya, manusia merupakan makhluk yang penuh ambisi. Namun mungkin itu bukan kehendak mereka sendiri, melainkan mereka memang diciptakan demikian. Apabila mendengar kisah dari pendahulu mereka, dikisahkan bahwa Sang Pencipta menciptakan manusia untuk menaklukan bumi. Bukankan memiliki ambisi adalah salah satu karakter dari seorang penakluk? Tentu saja ambisi itu juga yang membuat mereka berlomba-lomba untuk menemukan, menguasai dan mengendalikan keajaiban yang mampu membantu memuaskan ambisi mereka itu . Walaupun sebagian besar keajaiban terjadi secara alamiah karena kuasa Sang Pencipta, namun ada juga keajaiban yang bersemayam dalam suatu wadah serupa manusia maupun makhluk sebelum mereka. Para perantara keajaiban itu disebut sebagai Cawan Karunia, mereka sering kali di manipulasi untuk meningkatkan kekuatan kekuasaan seorang penguasa, tak jarang mereka harus bertarung satu sama lain karena Tuan mereka yang saling bertentangan. Banyaknya tuntutan dari hal-hal yang harus mereka lakukan karena keistimewaan mereka terkadang membuat mereka hampir kehilangan nyawa. Dari banyaknya tugas yang diberikan pada mereka beberapa adalah sesuatu hal yang keji, tak jarang mereka terpaksa saling memusnahkan atau diri mereka sendiri yang akan musnah. Itulah yang menjadi penyebab mengapa para Cawan Karunia yang awalnya di agung-agungkan bisa berakhir dengan penuh penghinaan. Energi keajaiban mereka terkorupsi menjadi suatu hal yang menimbulkan malapetaka. Tak hanya sampai disitu, bahkan mereka menjadi kambing hitam yang di korbankan untuk menanggung semua dampak negatif dari ambisi Tuannya.
Jenuh dengan keadaan yang demikian membuat sebagian Cawan Karunia memutuskan untuk menentang penguasa yang semena-mena. Mereka yang telah ber-Tuan pun mulai bergerak untuk melakukan pemberontakan kepada penguasa yang mereka kenal keji. Hanya saja tidak semua demikian, ada juga para Cawan Karunia yang setia kepada Tuannya dan banyak diantara mereka yang ambisius. Pada saat itu muncul seorang Cawan Karunia yang terkenal sangat cerdik dan kuat, dengan karunia keajaiban yang sangat unik. Dengan karunia keajaiban itu dia dapat meredam pemberontakan yang saat itu sedang berlangsung, tujuannya agar tidak ada lagi pertumpahan darah yang terjadi. Tidak mudah untuk melakukannya, tapi orang itu telah melakukan yang terbaik. Dengan karunia keajaiban yang dimiliki olehnya, dia mampu melindungi semua pihak. Oleh karena dia mengerahkan seluruh energi keajaibannya pada saat itu, konon orang itu pun lenyap dari pandangan mata. Setelah itu banyak dari para Cawan Karunia yang pada akhirnya dibebaskan oleh Tuannya dan sebagian besar hidup mengasingkan diri dan memisahkan diri dari kehidupan yang berdekatan dengan kekuasaan para penguasa. Pada akhirnya para penguasa terkesan tidak lagi memaksa untuk memanipulasi para Cawan Karunia. Sebab telah ada perjanjian diantara kaum mereka, yang dibuat oleh sosok Cawan Karunia yang telah lenyap tersebut. Konsekuensinya bila melanggar sangat menakutkan untuk dihadapi.
Beberapa waktu pun berlalu dengan damai sejak perjanjian itu dibuat. Lalu pada suatu hari, di suatu tempat dimana para Cawan Karunia mengasingkan diri. Seorang bayi perempuan dilahirkan secara tersembunyi dari yang lainnya, ia sempurna dan cantik. Bayi itu terlahir membawa suatu karunia keajaiban yang entah kenapa membuat ibunya nampak sangat takut. Sang Ibunda yang juga memiliki keajaiban bersemayam dalam dirinya, berusaha sangat keras untuk menyembunyikan bayi itu dari pandangan dunia, mungkin untuk melindungi puteri semata wayangnya dari takdir para pemilik karunia keajaiban yang menyerupai pedang bermata dua. Kemudian bayi perempuan cantik itu pun dinamainya Ditya. Anehnya, tiada satupun diantara para penghuni di wilayah pengasingan itu yang mengetahui dengan jelas siapa Ayah dari Ditya selain daripada ibu Ditya sendiri. Ada yang berkata ayahnya adalah seorang pengembara dari negeri yang jauh, ada juga yang berkata bahwa Ditya merupakan anak dari hubungan terlarang antara seorang penguasa dengan ibu nya yang merupakan seorang Cawan Karunia. Sebab pada masa itu merupakan suatu hal tabu apabila mereka yang dianggap para titisan dewa menikahi mereka yang memiliki karunia keajaiban. Konon ada suatu pemahaman pada masa itu bahwa mereka yang terlahir dengan anugerah keajaiban merupakan keturunan para makhluk yang kehilangan hak nya untuk berada di suatu tempat yang mulia, yaitu sisi Sang Pencipta. Karena itu mereka juga disebut sebagai keturunan para buangan. Dengan kepercayaan seperti itu, menghalangi golongan para penguasa yang disebut titisan dewa mengambil pasangan dari golongan para Cawan Karunia. Sebab pikir mereka, "Nanti aku dan keturunanku juga akan kehilangan kemuliaan ku sebagai manusia bila bercampur dengan mereka".
Ya, nampaknya sejak dahulu kala manusia memang merupakan makhluk yang mulia dan mereka mengetahui nya. Sebab suatu kisah telah diceritakan secara turun-temurun sejak generasi manusia pertama. Tentang bagaimana Sang Pencipta memerintahkan kepada makhluk lainnya untuk tunduk kepada Sang Manusia pertama yang Dia ciptakan, memuliakan sosok makhluk yang terbuat dari debu tanah melebihi makhluk lainnya yang telah ada sebelumnya. Diantara makhluk itu terdapat satu makhluk yang mempertanyakan mengenai kemuliaan manusia kepada Sang Pencipta, dan hal itu membuat sang makhluk dicampakkan dari sisi Sang Pencipta. Memang kisah yang membanggakan bagi para manusia, menyadari bahwa mereka istimewa bagi Sang Pencipta. Entah kisah sepihak itu adalah suatu hal yang benar adanya atau kah hanya sebagian kecil dari kebenaran dari kisah yang sesungguhnya. Namun mungkin kisah itu juga merupakan salah satu bentuk dari energi keajaiban bagi manusia, yang menyemangati mereka maupun generasi penerus mereka untuk mampu bertahan dari sistem seleksi alam yang ada di dunia ini.
Ya, itulah masa dimana manusia hidup berdampingan dan peka terhadap keajaiban di sekitarnya.
Di antar para Cawan Karunia, terbagi beberapa kelompok yang di sebut sebagai ordo. Di antaranya ada Ordo Pelindung, mereka adalah para pemilik keajaiban dengan kemampuan yang dapat digunakan untuk perlindungan dan penyembuhan. Ada juga Ordo Ksatria , terdiri atas mereka yang memiliki keajaiban sebagai senjata untuk menyerang. Pada masa itu Ordo pada seorang Cawan Karunia akan di sematkan pada bagian depan nama para Cawan Karunia. Sejak masa Cawan Karunia legendaris itu menghilang, sebagian besar para Cawan Karunia hidup menyepi dari manusia lainnya. Ada yang memilih untuk mengembara seorang diri, adapula yang membentuk koloni - koloni kecil kemudian menjadi suatu desa dimana mereka dapat bertahan hidup. Salah satu desa itu bernama Kərəm, sebuah desa yang terletak di pedalaman hutan yang berada di suatu kaki gunung yang selalu dikelilingi oleh api. Tempat itu selalu terbakar membuat nya sulit dijangkau oleh manusia biasa dan itulah yang menjadikannya aman untuk dihuni oleh para Cawan Karunia. Di desa Kərəm yang hanya terdiri dari 35 penduduk yang terdiri dari 2 kelompok Ordo yang saling bekerja sama untuk melindungi desa itu, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Jumlah pria di desa itu hanya 12 yang terdiri atas 10 orang dewasa dan 2 orang yang berusia kanak-kanak. Sementara itu wanitanya terdiri atas 18 orang dewasa dan yang lainnya berusia kanak-kanak. Tapi salah satu wanita di tempat itu terlihat sedang hamil besar, dan parasnya sangat cantik. warna rambutnya merah menyala, warna mata nya hijau seperti zamrud, bulu matanya lebat dan lentik. Kulitnya begitu putih kontras dengan warna rambut merahnya. Walaupun para wanita Cawan Karunia lainnya juga memiliki paras yang rupawan tapi tidak ada yang menyamai kecantikan dari wanita yang sedang mengandung itu. Orang-orang di desa Kərəm memakai pakaian indah yang terbuat dari kulit kayu, namun wanita itu berbeda dia memakai pakaian yang nampak nya terbuat dari kulit ular berwarna keemasan yang dibalutkan seperti kaftan di tubuhnya. Wanita yang sedang mengandung tersebut terlihat berjalan perlahan menuju kepada suatu pohon yang sangat besar hingga batangnya bisa dijadikan sebagai tempat berlindung wanita itu. Ketika dia hendak memasuki batang pohon itu tiba-tiba seorang pria bertubuh tinggi dan berambut coklat berlari ke arahnya dan pria yang terlihat gagah itu pun segera berlutut di hadapan sang wanita.
" Ksatria Diana... Tolong beristirahat lah, kandungan Anda sudah semakin membesar. Kami semua khawatir bila Anda tetap memakai keajaiban Anda, akan berbahaya bagi anak dalam kandungan Anda... Desa kita ini sudah sangat jauh dari wilayah manusia, medan di sekitar sini pun sangat berat untuk dilalui oleh kita apalagi mereka.... Jadi kita sudah cukup aman..." Kata pria itu memandang dengan khawatir kepada Sang Wanita yang di panggilnya sebagai Ksatria Diana itu yang menjelaskan bahwa wanita itu bernama Diana dan berasal dari Ordo Ksatria. Pria yang berlutut itu pun terlihat memiliki paras yang rupawan. Rambutnya berwarna coklat dan terlihat cukup panjang sehingga diikat menggunakan suatu akar rambat berwarna perak. Kulit pria itu agak kemerahan, tapi tubuhnya terlihat sangat proporsional seperti seorang prajurit. Warna matanya cokelat terang dan begitu indah dan wajahnya terlihat maskulin. sama seperti penduduk lainnya, pria itu mengenakan pakaian dari kulit kayu yang terlihat indah dan sewarna dengan warna rambut maupun matanya.
"Pelindung Pan, berapa kali harus ku bilang bahwa kamu tidak perlu berlutut seperti itu terhadap ku. Biar lah kamu berlutut hanya kepada Dia saja Yang Maha Kuasa." Kata Diana kepada si Pria yang bernama Pan dan berasal dari Ordo Pelindung itu. Pan pun segera bangkit berdiri.
"Aku tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan agar Anda mau mendengarkan kami. Saat ini kandungan Anda sudah semakin besar, kapan saja bisa melahirkan. Dan untuk melahirkan kita tau bahwa itu membutuhkan cukup banyak energi. Apabila Anda tetap menggunakan keajaiban Anda secara terus menerus kami khawatir itu akan menguras energi Anda untuk melahirkan nanti." Kata Pan yang terlihat berusaha meyakinkan Diana. Diana pun tersenyum kepadanya, hal itu membuat Pan tersipu sehingga wajahnya terlihat sedikit kemerahan.
"Terimakasih atas perhatian Anda, Pelindung Pan. Tapi sungguh tembok-tembok api itu hanya memerlukan sebagian kecil dari energi ku. Lebih baik mencegah dibandingkan kita lengah, ingat manusia selalu mampu melakukan apa saja. Mungkin saat ini tidak terjadi apa-apa, tapi tidak ada yang mengetahui sedetik ke depan akan seperti apa. Kita tidak bisa mengendalikan mereka, kita hanya bisa mengendalikan dan mengatur tindakan kita sendiri." Kata Diana sembari menyentuh lembut wajah tampan pria yang ada di hadapannya itu dengan tangan kanannya yang memiliki jemari yang indah. Pan pun terlihat terkejut dan semakin salah tingkah, ekspresi yang tercermin di wajahnya tidak dapat ditutupi. Diana yang melihat Pan seperti itu pun tertawa kecil, tangan Diana perlahan menjauhi wajah Pan dan mengarah ke arah perutnya yang besar. "Anda tidak perlu mengkhawatirkan kondisi anak ini, dia baik-baik saja di dalamku. Aku juga paham batas kemampuan ku, aku tidak akan membahayakan anakku sendiri." Sambung Diana sembari mengusap lembut perutnya.
Seketika nampak kekhawatiran di wajah Pan telah berkurang setelah mendengar penjelasan dari Diana. Matanya pun memandang ke arah perut Diana dan terpaku disana. Menyadari hal itu, Diana pun mengambil perlahan tangan Pan dan itu membuat Pan terkejut.
"Ksatria Diana apa yang Anda lakukan?" Tanya Pan dengan wajah ya g terlihat semakin memerah, dia terlihat salah tingkah karena Diana meletakan tangan Pan di perut nya.
"Sejak tadi Anda sepertinya penasaran dengan kondisi anak ini, mata Anda terus memandang ke perutku. Jadi biar Anda merasakan sendiri bagaimana kondisi anak di dalam kandungan ku ini, dia sedang bergerak. Apakah Anda bisa merasakannya?" Tanya Diana dengan lembut kepada Pan, saat itu nampak dengan jelas aktifitas pergerakan anak yang ada didalam kandungan nya. Hal itu membuat Pan terlihat kaget tapi juga senang.
"Dia bergerak, aku bisa merasakannya. Sepertinya ini kakinya yang menyentuh tanganku." Jawab Pan terlihat senang. "Apabila anak ini perempuan dia pasti akan sangat cantik seperti Anda, Ksatria Diana. Dan apabila ternyata anak ini laki-laki, dia juga pasti akan sangat tampan." Sambung Pan mengusap lembut perut Diana.
"Ehm..." terdengar suara seorang wanita dari belakang Pan, ketika keduanya sedang fokus membicarakan kandungan Diana. Hal itu membuat Pan terkejut dan menjauhkan tangannya dari perut Diana. Keduanya melihat ke arah asal suara itu, maka nampak sosok seorang wanita cantik lainnya. Wanita itu berambut coklat sama seperti Pan dan ikal, warna matanya juga sama. Hanya saja karena dia seorang wanita tubuhnya lebih pendek dan mungil dibandingkan dengan Pan tapi hampir sama tinggi dengan Diana.
"Pelindung Lokhia, Anda mengejutkanku..." Kata Pan terhadap wanita yang bernama Lokhia itu. Mendengar perkataan Pan Lokhia pun tertawa kemudian berjalan dan berhenti di antara Pan dan Diana, saat itu Diana terlihat tenang namun tidak demikian dengan Pan yang nampak panik.
"Hahaha...Aku yang terkejut karena melihat Anda berani menyentuh perut Ksatria Diana, Pelindung Pan. Apakah matahari akan terbit dari barat, karena pelindung Pan yang sangat pemalu baru saja menyentuh perut seorang wanita?" Kata Lokhia, menggoda Pan. Nampaknya Pan bukanlah pasangan dari Diana, namun Pan menaruh hati pada Diana. Mendengar perkataan Lokhia, membuat Pan tersipu malu dan memerah dan anehnya kali ini membuat bunga-bunga yang tadinya masih menguncup di sekitar mereka jadi bermekaran. Baik Diana dan Lokhia keduanya terpaku memperhatikan ekspresi Pan.
"Pelindung Lokhia, sudah jangan menggoda Pelindung Pan terus. Tadi aku sendiri yang meletakkan tangannya di perutku, karena Pelindung Pan terlalu khawatir terhadap kandunganku. Jadi aku ingin dirinya membuktikan sendiri bahwa anak di dalam rahimku ini dalam kondisi baik-baik saja, sekalipun aku tetap memakai energi keajaiban ku untuk menyalakan tembok api di sekeliling desa." Kata Diana berusaha menjelaskan dan mengeluarkan Pan dari situasi yang canggung. Lokhia pun memandang Diana dan dia mengerutkan dahi nya.
"Ksatria Diana, bukan hanya Pelindung Pan yang khawatir mengenai hal itu! Tepi seluruh penduduk desa yang khawatir, termasuk aku... Kami khawatir terjadi hal yang tidak menyenangkan kepada Anda dan kandungan Anda bila energi yang Ksatria Diana tidak fokus. Untuk sementara kita tidak perlu menggunakan tembok api, biarkan saja untuk saat ini Ksatria Akhlis membentengi desa dengan kabutnya sampai Anda selesai bersalin" Kata Lokhia, berusaha meyakinkan Diana. Mendengar hal itu membuat Diana dan Pan terkejut.
"Siapa? Ksatria Akhlis? Kita menggunakan kabut Ksatria Akhlis untuk melindungi desa?" Tanya Pan yang terlihat bingung dan nampak sangat khawatir. Raut wajah khawatir bukan hanya nampak di wajah Pan, tetapi juga di wajah Diana.
"Iya, Ksatria Akhlis mengajukan diri untuk menggunakan kabut nya melindungi desa menggantikan tembok Api Ksatria Diana. Aku kemari untuk memanggil Pelindung Pan dan Ksatria Diana menghadiri diskusi mengenai hal ini di rumah Pelindung Waruna." Jawab Lokhia sembari memegang tangan Diana bermaksud menuntunnya. "Ayo kita segera kesana, hanya tinggal kita saja yang belum datang." Sambungnya.
"Baiklah, ayo kita ke tempat Pelindung Waruna. Terimakasih sudah mengabari kami, Pelindung Lokhia." Kata Diana sambil berjalan berdampingan dengan Lokhia, tapi nampaknya Pelindung Pan masih terdiam bingung setelah mendengar jawaban dari Lokhia. Melihat hal itu Diana pun segera menegur Pan... "Pelindung Pan, ayo kita harus bergegas." Ajakan Diana kepada Pan, membuat Pan tersadar.
"Iya, ayo kita kesana." Sahut Pan. Ketiganya pun berjalan ke tempat Pelindung Waruna yang letaknya berada di tengah danau yang berada di desa Kərəm. Orang di desa itu menamainya danau Pelangi, karena di danau itu memantulkan pelangi setiap hari. Ketika mereka sedang berjalan menyebrangi danau Pelangi melalui suatu jembatan yang terbuat dari akar pohon sangat besar, sudah terlihat suatu rumah yang terbuat dari tanah liat di penuhi oleh banyak orang. Ketiganya pun disambut oleh orang-orang yang berada disana. Para orang dewasa berkumpul di tempat yang terpisah dengan para anak-anak, dan mereka semuanya terlihat begitu rupawan. Ada hal yang juga merupakan suatu kelebihan bagi para Cawan Karunia, yaitu mereka tidak menua. Sekalipun usia mereka terus bertambah, proses penuaan mereka berhenti ketika mereka mencapai usia 30 tahun.
"Ksatria Diana, Pelindung Pan, Pelindung Lokhia. Selamat datang! Sejak tadi kami sudah menanti-nanti anda semua." Sambut seorang pria berambut keemasan dan bermata biru sembari berjalan mendekati mereka. "Kemarilah, izinkan aku mengantar Anda, Ksatria Diana." Sambungnya sembari menawarkan tangannya kepada Diana. Diana pun merespon tawaran itu dan kemudian pria itu membantu Diana untuk melangkah masuk ke dalam dimana beberapa orang telah duduk.
"Terimakasih banyak, Pelindung Waruna " Kata Diana sembari duduk di bangku yang terbuat dari batu dan telah disiapkan dan di alasi dengan berbagai kulit hewan agar nyaman untuk di duduki. Rupanya pria berambut emas dan bermata biru itu merupakan Pelindung Waruna.
"Tidak perlu sungkan." Balas pelindung Waruna. Kemudian ketika kedua orang yang lainnya juga telah duduk, Waruna tetap berdiri di samping Diana. "Baiklah karena semua orang sudah berkumpul, mari kita mulai pembicaraan kita mengenai pengganti tembok api milik Ksatria Diana." Kata Waruna dengan lantang. "Biar aku jelaskan. Dikarenakan kondisi Ksatria Diana sedang hamil besar, sebaiknya kita meminimalisir pemakaian energi keajaiban beliau. Biarkan beliau fokus menghadapi hari persalinannya. Adapun kita tau bahwa proses persalinan memerlukan energi yang cukup banyak, jadi lebih baik saat ini bagi Ksatria Diana untuk beristirahat. Dan oleh sebab itu kita memerlukan pengganti dari tembok api Ksatria Diana, dan Ksatria Akhlis menawarkan kabutnya karena tiada lagi yang lebih kuat dibanding tembok api Kstaria Diana dan juga kabut Ksatria Akhlis. Bila ada yang tidak setuju atau juga mau mencalonkan diri untuk menggantikan tembok api yang sejak dahulu telah melindungi kita silahkan sampaikan saat ini." Sambungnya, sembari menjelaskan. Mendengar penjelasan dari Waruna, membuat para Cawan anugerah saling melihat satu dengan yang lain dan berdiskusi dengan orang yang paling dekat dengan mereka....