"Hai, perkenalkan nama aku Kayla Richard, aku pindahan dari Jakarta. Hobi aku membaca, dan suka musik, sekian!!" ucap Kayla singkat, ketika Pak Roy memintanya untuk memperkenalkan diri sebagai Murid baru di sekolah itu. Jika saja ini bukan perintah guru Bahasa itu, mana mungkin Kayla mau melakukannya. Memperkenalkan diri pada orang-orang adalah salah satu hal yang sangat ingin dia hindari. Dia tidak suka orang -orang mengenalinya, jika tidak terpaksa.
Kayla adalah keturunan Indo, Ayah Prancis dan Ibunya, seorang wanita cantik asal Indonesia. Kayla identik dengan Headphone yang menempel di telinganya. Kemanapun dia pergi, benda itu harus selalu menyertainya, baginya lebih baik ketinggalan yang lain dari pada harus ketinggalan benda yang satu ini jika ke luar rumah. Rasanya ada yang aneh saja pada dirinya, ketika keluar rumah tanpa benda itu.
Sebenarnya Kayla tidak benar-benar menyukai musik, itu hanya akalakalan dia saja, agar tidak mendengar ocehan orang-orang yang tidak menyukai dirinya, ini adalah salah satu trik dia sewaktu masih sekolah di Jakarta, hampir tiap hari dia bertemu dengan orang-orang aneh, yang tak menyukai dirinya, tapi karena kebiasaan akhirnya suka gak suka jadi suka.
[Bukan aku yang aneh, tapi mereka Dad!] seru Kayla menjawab omongan Ayahnya yang biasa akrab dia panggil Dady, saat mereka tengah ngobrol via telepon.
[Kamu harus beradaptasi dengan orang-orang seperti itu, karena di manapun kamu berdiri mereka pasti ada di sekitarmu.] ucap ayah Kayla menjelaskan dengan aksen bahasanya yang kebanyakan para orang asing saat berbahasa Indonesia.
Kayla sengaja memilih kost-an yang tak jauh dari sekolahnya, Kost-an elite di tengah kota. Bukan cuma dekat dengan sekolah tapi dekat dengan beberapa cafe dan taman, yang memang sudah dia check sebelum menemukan kost-an yang di tempatinya sekarang ini.
Jika di waktu santai begini, sesekali Kayla mendatangi pohon besar yang ada di taman, Kayla menikmati angin yang bermain di bawah pohon dengan ditemani lagu kesukaannya 'Through the trees' yang dia dengar melalui headphone miliknya.
Bahkan Kayla tak peduli saat dia menari dan menyanyikan beberapa lirik milik Low shoulder di tengah lapang di bawah pohon besar itu sambil memeluk buku novelnya.
I'm still here breathing now ...
I'm still here breathing now.
Until I'm set free ...
Lantun Kayla penuh rasa bahagia, tak mempedulikan beberapa orang yang melirik ke arahnya.
***
Beberapa hari ini Kayla selalu bermimpi yang sama. Bermimpi tentang sosok pria yang ada di novel yang sudah beberapa kali dia baca. Buku novel yang berjudul 'Reinkarnasi' dan salah satu tokoh dalam cerita itu adalah Guerin, seorang seniman jalanan asal Perancis yang jatuh cinta pada perempuan cantik bernama Carla, dia juga memiliki perasaan yang sama pada Guerin, Mereka saling mencintai dan bahagia, namun sayang, Carla tewas di bantai keluarganya sendiri, karena menolak hubungan mereka. Carla berasal dari keluarga kaya raya, sementara, Guerin, hanya seorang seniman jalanan yang tinggal berdua dangan ayahnya yang seorang penulis amatiran. Sejak Carla tak sengaja melihat Guerin di jalan yang sedang ngamen dengan memahat sebuah patung, saat itu Carla tertarik dan meminta Guerin untuk memahatkan patung wajahnya, tentu saja laki-laki itu tak menolak, dia bahkan tak memalingkan wajahnya sedikit pun, hanya untuk terus bisa menatap bidadari cantik yang tengah duduk di hadapannya itu. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat mata indah Carla berwarna hijau laksana batu permata.
Saat itu Carla sering menemui Guerin diam-diam.
Ternyata Carla juga memiliki perasaan yang sama, sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tapi malang bagi mereka, karena keluarga besar Carla tidak pernah mengijinkan perempuan itu menikah dengan laki-laki yang berbeda derajat dengannya, tepatnya dengan mereka.
Guerin dan Carla berusaha mempertahankan hubungan mereka dengan cara bertemu seminggu sekali di taman kota, tempat biasa Guerin ngamen.
Tapi sepandaipandainya mereka menyembunyikan semua itu, tetap saja tercium oleh keluarga Carla, yang akhirnya memutuskan untuk mengurung Carla.
Segala cara mereka lakukan untuk memisahkan mereka berdua, bahkan salah satu sepupu Carla sengaja mengirim surat ke Guerin yang seolah-olah itu tulisan Carla yang menyatakan bahwa Carla selama ini tidak pernah mencintai Guerin.
Guerin bahkan sempat mempertanyakan, kenapa Carla tiba-tiba menghilang dan bersikap dingin padanya.
"Aku sakit, tapi aku tidak pernah mengatakannya padamu, aku sakit karena begitu sangat mencintaimu." tulis Carla pada halaman buku hariannya yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah.
Guerin begitu sangat terpukul karena merindukan Carla, ditambah kabar berita yang tersebar mengatakan bahwa Carla telah mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Padahal itu bukan berita yang sebenarnya. Carla memang mati, tapi bukan karena bunuh diri, melainkan karena di kurung dan disekap oleh keluarganya.
Dengan kepergian Carla, Guerin semakin menderita akhirnya dia pun memutuskan untuk menyusul Carla, yaitu bunuh diri dengan cara merobek kan nadinya ke taring patung Gargoyle yang sudah rampung dibuatnya. Saat di ambang kematiannya Guerin menyebut nama Carla dan berjanji akan mencari Roh kekasihnya itu di mana pun dia berada dan hidup bahagia selamanya.
Tak menyadari yang dilakukannya. Patung Gargoyle yang terkena darahnya itu mengeluarkan cahaya pada matanya.
Ayah Guerin yang mengetahui semua itu sangat berduka saat mengetahui anaknya mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berduka dengan menuangkan semuanya kedalam tulisannya, tulisan yang dia buat dalam sebuah buku novel miliknya.
"Kayla!! Coba tolong, kamu jelaskan apa yang sudah aku ceritakan tadi!" teriak Gurlo, guru seni itu mengagetkan Kayla yang terlihat sangat mengantuk.
"Hm ... " Kayla terlihat bingung, dia tidak tahu harus menjawab apa, sementara sebagian teman-temannya meneriakinya ....
"Huuu... dasar cewek freak!! Kalo ngantuk di rumah sana, tidur!! gak usah sekolah."
Sorak beberapa teman perempuan yang memang terlihat tidak menyukai dirinya.
Iya meski terhitung masih anak baru Kayla sudah dapat julukan itu 'Cewek freak' penampilannya memang sangat terlihat berbeda dari yang lainnya, selain itu dia juga tidak suka berbaur dengan mereka, meski ada beberapa yang mencoba bersahabat.
"Sudah ... sudah! Yang lain diam, Kayla, tolong lebih fokus lagi ya," ucap Pak Gurlo tersenyum tipis sembari melanjutkan materi yang terputus tadi.
Saat jam pelajaran usai, Pak Gurlo sengaja menghampiri Kayla, kebiasaan cewek satu ini adalah selalu keluar kelas paling terakhir dari yang lainnya.
"Kenapa, aku perhatikan saat di jam pelajaran kamu selalu tidak fokus?" tanya Gurlo. Guru tampan ini berdiri tepat di hadapan Kayla, yang hanya diam melongo, bukannya menjelaskan dia malah balas menatap mata gurunya itu.
"Ada masalah apa, cerita saja, aku siap mendengarkan," ucap Gurlo mengulang pertanyaannya tadi.
Kayla tidak tahu harus memulai dari mana, tiba-tiba saja dia merasa ada yang aneh saat guru seni rupanya yang memang masih terlihat muda dan tampan itu, menatap matanya tanpa berkedip.
"Hm ... tidak ada apa-apa, kok, Pak! A-aku gak ada masalah, Aku baik-baik saja. Hanya saja semalam aku tidak bisa tidur karena ....
"Karena apa?" tanya Gurlo sembari menunggu jawaban.
"Hm, bukan karena apa-apa. Hanya banyak tugas dari Sekolah saja," ucapnya berusaha menutupi perasaannya yang tiba-tiba jadi salah tingkah.
"Ya sudah, kalo kamu ada masalah, kamu boleh cerita ke aku oke!" ucap Gurlo tanpa merasa canggung dengan menyebut durinya 'Aku' sambil berjalan keluar menuju pintu kelas.
Aneh saja, Pak Gurlo adalah guru baru, baru dua minggu dan Kayla baru bertemu dua kali, tapi kenapa dia sudah merasakan hal yang aneh pada gurunya itu. Menurutnya wajah Pak Gurlo sangat familiar.
'Seperti pernah bertemu tapi di mana, ya? Ah! Mungkin itu hanya perasaanku saja' gumam Kayla dalam hatinya sembari bergegas keluar meninggalkan ruangan.