Mentari hari itu tampaknya malu-malu memancarkan sinarnya. Sisa hujan semalam masih tampak pada jalanan yang basah. Walau jam sudah menunjukkan pukul 06.30 namun jalanan komplek pagi itu belum seramai biasanya. Padahal biasanya hari Sabtu Minggu jalanan selalu dipenuhi orang-orang yang jogging atau jalan pagi. Di dekat taman komplek banyak orang berolahraga, bercengkrama atau sekedar mencari sarapan. Karena kebetulan banyak yang berjualan makanan disitu. Pengelola taman menyediakan tempat khusus bagi mereka yang berjualan makanan, bahkan mereka menyediakan tempat makan yang cukup nyaman di bawah pepohonan yang rindang. Hal inilah yang biasanya menjadi daya tarik bagi orang untuk mendatangi komplek Griya Saloka Indah.
"Jack, tumben pagi ini agak sepi ya. Gue jadi kasihan sama mereka yang sedari pagi sudah menggelar dagangannya." ucap seorang pria berperawakan tegap yang memiliki paras yang bisa membuat para wanita histeris. Apalagi kalau pria ini mau memamerkan lesung pipinya saat dia tersenyum atau tertawa.
"Iya nih, Nyu. Gue juga sudah gelar dagangan dari jam 05.45. Dari tadi yang mampir minum kopi skalian nyarap disini baru 3 orang. Elo, bang Udin dan bang Oot. Padahal biasanya jam segini sudah kewalahan gue ngelayanin pembeli. Eh, elo kok jualan? Bukannya kemarin lo bilang mau ujian ya?"
"Waaah parah lo Jack. Sekarang kan hari Minggu. Waktunya cari duit yang banyak. Hehehehe... Biasanya justru rame nih yang belanja. Maklum, hari Minggu kan waktunya kumpul keluarga atau arisan. Makanya bakalan banyak yang nungguin gue. Dari tadi aja sudah banyak yang nge-wa Eh, gue jalan dulu ya. Sudah hampir telat nih. Kalau telat gue bakal diomelin. Elo sih ngajak ngobrol mulu."
"Lah, bukannya elo ya yang mampir dimari. Dasar sarap." Jack alias Jaka tertawa sambil geleng-geleng kepala melihat temannya terburu-buru melangkah meninggalkannya.
Tanpa menghiraukan ledekan temannya Banyu terburu-buru melangkah menuju motornya. Gawat nih, gue bakal disemprot emak-emak kalau telat banget. Ah, tapi biasanya mereka setia kok nungguin gue, batin Banyu. Banyu segera melarikan motornya ke tempat dia biasa jualan. Benarlah perkiraannya, saat dia sampai sudah ada 5 pelanggannya yang menanti. Setelah memarkirkan motornya dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku, Banyu mulai menggelar dagangannya. Setelah membaca bismillah Banyu mulai menyapa para pelanggannya.
"Assalamu'alaikum ibu-ibu. Selamat pagi semua. Maaf ya kalau saya bikin semuanya menunggu."
⭐⭐⭐⭐
Cuaca yang sejuk akibat hujan semalam membuat orang malas beranjak dari tempat tidur. Hal itu berlaku juga buat seorang gadis cantik putri pengusaha terkenal, Gladys Mariana Praditho. Gadis cantik berusia 24 tahun ini masih asyik bergelung dalam selimutnya. Padahal saat itu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Sehabis melaksanakan shalat subuh yang hampir kesiangan, dia kembali masuk ke bawah selimut. Dia terpaksa membuka matanya karena ada yang membasahi wajah cantiknya. Aaah reseh banget sih, omelnya dalam hati. Nggak tau apa kalau gue masih mau tidur.
"Kak Gladys, disuruh bangun sama nyonya mami." Terdengar suara takut-takut seorang gadis muda.
Gladys membuka matanya dan dilihatnya Endah, pelayan pribadinya berdiri di samping ranjang mewahnya dengan membawa segayung air. Begitu melihat majikannya membuka mata, Endah langsung mundur dengan wajah ketakutan.
"Berani banget lo nyipratin air ke muka gue. Sudah nggak betah kerja sama gue?! " Semprot Gladys saat menyadari yang membangunkannya adalah gadis muda berusia 19 tahun, yang menjadi pelayan pribadinya.
"Ma... maaf kak. Tadi nyonya mami yang nyuruh. Kata nyonya mami, kalau kak Gladys nggak mau bangun juga, siram aja mukanya. Karena nggak berani, saya cuma nyipratin air ke wajah kak Gladys." sahut Endah dengan suara gemetar.
"Dasar dodol.. itu sama aja Endah !! Elo itu pelayan pribadi gue atau pelayan pribadi mami, sih?" Gladys masih kesal kepada pelayannya. "Kalau mami nyuruh bangunin gue dengan cara ditarik dari tempat tidur, apa elo bakal kerjain?"
"Ma... maaf kak. Endah janji nggak lagi-lagi nurutin nyonya mami. Suer kak." Endah mengangkat dua jarinya sambil memandang Gladys dengan wajah memelas mau nangis. Aah.. kalau sudah begini Gladys nggak akan tega melanjutkan marahnya.
"Ya sudah, jangan lo ulang lagi ya. Bilang mami, gue mau tidur sampai jam 10."
"Anak gadis kok pemalas," terdengar suara mami menyapa indera rungu Gladys. "Buruan bangun sayang. Papi sudah nungguin kamu dari tadi. Gara-gara kamu bangun kesiangan, Papi batal main golf. Bukannya kamu janji sama papi, ya?"
Gladys langsung terbangun dan duduk. Karena terburu-buru bangun, kepalanya menjadi pusing.
"Hati-hati dong sayang. Makanya habis subuhan jangan tidur lagi. Kebiasaan buruk." Omel Cecile. "Nggak usah buru-buru. Papimu sudah keburu batalin janji sama om Alex"
"Om Alex, papanya Calvin si tengil?" Gladys balik bertanya. Cecile mengiyakan.
"Ah, untung Gladys telat bangun."
"Kok gitu?" Kali ini giliran Cecile yang balik bertanya karena bingung. "Kamu dan Calvin dulu satu sekolah kan?"
"'Iya mi. Anaknya tengil banget. Sekarang dia juga mesum banget dan menyebalkan. Tangannya itu lho, suka grepe-grepe. Ih... Gladys nggak suka sama dia. Kok tumben papi mau main golf sama om Alex? Biasanya kan papi mainnya sama om Benny dan om Panji, sobat-sobat papi."
"Papimu dan om Alex kan juga sahabatan, sayang. Mereka itu sudah bersahabat sejak di bangku kuliah. Memang nggak selama dengan om Benny dan om Panji sih, yang sudah bersahabat dengan papi sejak mereka SMP. Nah, papimu dan om Alex akan kerja sama buka resort di Yogya. Selain itu om Alex juga pengen ketemu kamu."
"Ih tumben. Biasanya om Alex kalau ketemu nggak pernah negur. Paling-paling cuma senyum sekilas."
"Ya sudah, sana buruan cuci muka dan temui papi di taman belakang. Dia akhirnya main sendiri di taman belakang
"Oke mi." Gladys buru-buru ke kamar mandi.
⭐⭐⭐⭐