Chereads / Skandal Pil Biru / Chapter 16 - Keputusan

Chapter 16 - Keputusan

"Pak!" Pekik Lita setelah Elanda mencuri ciuman dengan cepat darinya.

"Habisnya kamu enggak mau berhenti. Makannya saya cium, langsung berhenti kan?" Ujar Elanda terkekeh. Lita menatap bosnya itu dengan tatapan kesal namun sang Bos malah mengusap rambutnya.

"Udah nih, kamu mending ganti baju sekarang. Enggak usah mandi soalnya badan kamu panas. Lap aja pakai tisu basah. Oh ya di dalam sini juga ada sikat gigi, deodoran, sama parfum. Tadi saya beli di toko lantai ground. Saya enggak tahu sih merk apa yang biasa kamu pakai, tapi karena urgent kamu pakai yang ada dulu aja ya." Ujar Elanda menyodorkan sebuah paper bag cokelat berisi baju dan kebutuhan dasar kecantikan wanita.

"Makasih, Pak."

"Saya keluar dulu, briefing karyawan."

"Briefing karyawan?"

"Ya, mereka pasti penasaran kenapa kamu di ruangan saya, lama lagi."

"Terus Bapak mau jelasin gimana?"

"Jelasin kamu melanggar kode etik, proposal kamu ada yang salah dan kamu belum revisi sampai sekarang."

Lita merasakan tulang wajahnya berkedut. Ah Lita mengira jika Elanda sudah menawarinya kolusi dan nepotisme Elanda akan melupakan kasus proposal itu. Nyatanya ia malah akan membahasnya.

"Kalau begitu nama saya jadi jelek dong, Pak."

"Makannya nanti kedepannya kamu harus tunjukkan kamu profesional. Ah iya saya juga akan bongkar kalau kamu yang suka julidin saya."

"Hah?! Emang perlu Pak itu dibahas juga?" Pekik Lita tak terima.

"Ya sebenarnya itu buat nambah alasan supaya kamu terlihat bersalah banget. Meskipun emang bersalah sih. Maksud saya, tadi kan para karyawan lihat saya genggam tangan kamu, nyeret kamu ke ruangan saya. butuh alasan kuat supaya saya tadi nyeret kamu ini terlihat wajar-"

"Di mana-mana Pak, nyeret tangan cewek itu enggak wajar! Enggak gentleman."

"Tapi saya kan menyeret kamu supaya kamu enggak keburu nangis. Kamu enggak mau kan para karyawan lihat mata bengkak kamu? Dan kalau mereka lihat kamu nangis, kamu mau pakai alasan apa buat jelasin ke mereka? Mau curhat kalau Harry selingkuh sama Mama kamu?"

"E-enggak, Pak."

"Nah maka dari itu, kalau saya marahin kamu abis-abisan orang lain bakal paham kenapa kamu nangis jadi kamu enggak perlu cari alasan pas nanti keluar dari ruangan saya."

"Tapi nanti Bapak jadi makin di cap galak-"

"Bukan saya belain atau lindungi kamu. Anggap aja saya sekalian evaluasi, bongkar geng divisi kamu yang suka gosip."

"Pak nanti saya disebut Cepu dong, please jangan bongkar itu Pak. Saya tahu saya salah, udah kerjaan saya salah, saya sering ngomongin Bapak, pula. Tapi please Pak, jangan bahas itu. Nanti saya dijauhi anak-anak dari divisi. Bapak enggak kasihan sama saya?"

"Tanpa kamu cepu pun, saya udah tahu siapa saja yang suka gosipin saya. Saya sudah punya listnya dan saya memang sudah niat mau bahas ini pas evaluasi."

"Oke kalau Bapak mau evaluasi. Tapi jangan buat seakan-akan awal permasalahannya dari saya, Pak."

"Lita ...."

"Please Pak, please ... please ... Bapak ganteng deh, nanti saya bakal penuhin apa pun permintaan Bapak!" bujuk Lita mengait tangan Elanda dan memuji-muji Elanda sebagai bentuk permohonan.

Elanda mengangkat sebelah bibirnya untuk tersenyum.

"Kamu bahkan belum penuhin janji kalau saya jaga rahasia kamu mau bunuh Harry, terus sekarang kamu mau janji lagi? Kamu pasti orang yang suka menyepelekan janji." Sindir Elanda membuat Lita tertohok.

"Enggak gitu, Pak! Saya cuma membuat kesepakatan. Kan Bapak yang ngajarin kalau kita sebagai konsultan harus pintar membuat kesepakatan yang tidak merugikan kedua belah pihak!" Ungkap Lita asal, tak peduli terdengar masuk akal atau tidak, yang penting ia bisa membuat alasan.

"Kalau begitu keuntungan saya apa?"

"Bapak bisa minta saya melakukan apa pun!" Ujar Lita semangat. Elanda terdiam menatap Lita dengan tatapan seribu makna sementara Lita hanya bisa meringis menebak-nebak apakah keputusan yang ia ambil ini akan memberi efek buruk padanya.

Tapi jika rekan-rekan divisinya menjauhinya itu akan menjadi neraka! Percayalah dijauhi saat jam istirahat karena tidak dipercaya lagi, tidak akan diberi informasi progress pekerjaan, dan disindir sebagai tukang Cepu akan menjadi mimpi buruk.

"Kita lihat nanti saja, ya."

"Yah, Pak!"

"Mandi Lita, tadi saya sudah bilang enggak suka bau ketiak, mulut sama mau badan, kan?" Pinta Elanda sebelum detik selanjutnya ia menghilang dibalik pintu ruangan kantor meninggalkan Lita yang mematung dengan perasaan tak tenang. Kacau sudah semua. Pak Elanda sudah terlalu banyak tahu dan ikut campur dengan urusan Lita.

Kini Lita jadi memiliki begitu banyak kelemahan yang Elanda pegang. Akan seperti apa nanti kehidupannya kantornya?

***

"Pak Elanda minta divisi manajemen strategi untuk berkumpul." Pak Erick yang memegang divisi manajemen strategi bisnis, menghampiri setiap meja untuk memberi tahu bahwa Elanda meminta para karyawan berkumpul.

Para karyawan saling bertukar pandang cemas dan gugup. Mereka menebak-nebak apa yang membuat Pak Elanda mengumpulkan karyawan.

Beberapa karyawan menduga bahwa mereka akan melakukan evaluasi, beberapa lagi menebak bahwa Pak Elanda akan mengumumkan pemecatan Lita, beberapa orang memilih diam namun dalam hati mereka ketakutan jika Lita memberi tahu Pak Elanda para karyawan mana saja yang suka menggosipkan Pak Elanda dan bahkan beberapa berniat resign.

"Seperti yang kemarin kalian lihat, Lita yang mengerjakan finishing untuk proposal kerja sama yang akan ditujukan pada perusahaan akuntan nasional, melakukan kesalahan. Saat saya melakukan penyelidikan singkat saya mendapatkan bahwa Lita berpacaran dengan Harry dari divisi IT. Saya memang mengatakan bahwa saya melarang ada hubungan spesial antar karyawan dalam satu perusahaan. Tapi sebenarnya itu adalah tuntutan bagi para karyawan yang menyukai karyawan lain agar tetap profesional meskipun kalian sedang menemukan masalah, atau sedang bucin-bucinnya pada kekasih kalian." Elanda menggantungkan ucapannya sejenak. Tatapannya mengedar melirik setiap karyawannya yang berbaris memutar mengelilinginya.

"Jika kalian bisa menutupi pacaran kalian dengan tidak melakukan kesalahan dan bersikap profesional selama bekerja, saya tidak akan mempermasalahkan hubungan kalian bahkan jika kalian ingin berpacaran dengan semua karyawan di sini. Tapi yang saya lihat dari saat pertama kali saya magang, hubungan di dalam perusahaan yang sama selalu membawa masalah. Meskipun ada juga yang aman, tapi saat ada masalah tetap saja selalu tidak profesional." Elanda melirik ruangannya.

"Untuk kasus Lita, saya tidak akan mempermasalahkannnya karena tadi Lita sudah berjanji di kesempatan yang saya berikan selanjutnya ia akan bersikap profesional dan akan melakukan apa pun untuk membuat dirinya lebih baik di perusahaan ini. Tapi kasus ini membuat saya memberi perhatian lebih pada Lita karena ternyata Lita sering menggosipkan saya. Maka dari itu, berhubung kontrak Mbak Annisa sekretaris saya akan segera habis, dan untuk melihat progress Lita kedepannya, saya akan mengangkat Lita sebagai asisten junior dibawah bimbingan Mbak Juli. Lalu untuk posisi Lita yang kosong di divisi, kami akan meninjau dari perkembangan divisi, jika perkembangan pesat dan meningkat sehingga dibutuhkan karyawan pengganti Lita, kami akan mempertimbangkan untuk open hiring. Ada yang ingin ditanyakan?" Elanda mengakhiri pengumumannya dengan pertanyaan namun para karyawan memilih menunduk tak berani bertanya. Malah mungkin dalam hati mereka ingin segera mengakhiri sesi ini.

"Baiklah jika kalian merasa keberatan, kalian bisa menyampaikan aspirasi kalian melalui Pak Erick. Pak nanti tolong over handle untuk sisa pekerjaan Lita." Pinta Elanda dijawab anggukan siap oleh Pak Erick.

Tantri rekan kerja Lita hanya bisa menatap ke arah meja Lita dengan sedih. Ia akan kehilangan salah satu partner yang sudah akrab dengannya.