Lita menganggukkan kepala mantap. Lalu membawa tangannya untuk merapikan piring kotor yang ada di meja dan membawa piring-piring itu menuju tempat cuci piring mengabaikan segelas minuman yang tadi disodorkan Elanda. Sementara Elanda hanya bisa terdiam melihat Litabyang melangkah ke arah dapur dengan tatapan campur aduk. Ada tatapan kekecewaan namun juga ada ada tatapan pasrah karena ia tahu tidak bisa melakukan apapun sekarang tidak bisa memaksa kita untuk menerima semua hal yang dia berikan kepada Lita.
Pada saat bersamaan Belanda tersadar dari lamunannya saat ia mendengar bunyi peringan piring yang beradu. Tanya suara itu berasal dari arah kiri di mana bebas sedang duduk di sana dan juga ikut meramaikan kelas yang baru saja ia gunakan untuk makan. Pria itu terlihat bergerak cepat untuk menyusul Lita ke arah dapur. Elanda tidka bodoh untuk menyadari abhwa Elanda sedang mengambil kesempatan untuk mendekati Elanda.
