"kamu masih belum baikan sama Dirga?" tanya suara dari seberang telepon itu. Elanda lagi-lagi terdiam. Bulu matanya yang lentik tidak bisa menutupi raut sendu di netra pria itu.
"Belum, tapi aku berusaha." Ungkap Elanda dengan nada suara pelan.
"Maaf, gara-gara aku." Sahutnya lagi yang membuat Elanda merasa gelenyar itu semakin menyeruak di hatinya. Namun kali ini memberi efek sesak.
"Enggak, itu gara-gara aku." Sahut Elanda meralat ucapan Milinka agar tidak membuat wanita itu merasa bersalah. Keduanya kali terdiam membuat keheningan di antara keduanya semakin nyata.
"enggak, itu salah aku—"
"Itu salah aku."
"enggak itu aku yang salah. Aku udah tahu kalau kamu itu udah ada yang punya—"
"Aku harusnya berhenti saat aku ingat kalau aku udah punya anak."
Keduanya kembali terdiam. Mereka tidak menyangka bahwa satu panggilan seperti ini dapat memantik perasaan lama yang sudah berusaha mereka pendam.
"Maafin aku," mereka terus saling meminta maaf, saling menyalahkan diri sendiri