"Dan bahas soal kasur, gimana kalau kita ke kasur yang sebenarnya, aja?" tanya Elanda yang membuat Lita seketika terdiam dengan napas tertahan, seolah ia lupa bagaimana caranya untuk bernapas.
"K-kasur? Bapak bahas apaan sih, sedari tadi saya enggak mudeng—"
Elanda kembali terkekeh, lalu ia membawa bibirnya pada telinga Lita, "Lita, udah hampir satu bulan lho, kita enggak ngelakuin itu." Bisiknya dengan nada bicara yang serak menggoda. Mendengar bisikan, ditambah merasakan terpaan panas dari napas Elanda di atas telinganya membuat Lita merasa bulu kuduknya merinding.
"Ng-ngelakuin itu?" cicit Lita dengan suara pelan.
Elanda mengulum senyum, "Kamu jangan pura-pura enggak ngerti. Ah tapi saya bisa ngerti sih, kamu pasti malu." Ungkap Elanda yang membuat rona merah dan panas kembali menghinggapi wajah Lita
"Skidipapap sawadikap tralala trilili indehoi asoy melehoi, awewecita despacita skuy skuy aselele." Ungkap Elanda yang sontak membuat Lita menatapnya.