Saat ia menemukan nomor pintu yang ia cari, tanpa mengetuk ia memasukkan password dari lock door yang jika ia tidak salah mengira, masih lah tanggal keramat—bagi sAng pemilik apartemen karena itu adalah tanggal di mana mereka mulai menyatakan perasaan. Dan rupanya dugaannya tidak salah, password itu masih sama. Ia segera menarik tuas pintu itu.
Dan saat pintu terbuka, ia melihat sosok seorang wanita yang sedang duduk di sofa panjang dengan posisi menyamping. Rambutnya tergerai dengan satu tangan yang memegang gelas wine. Elanda sontak menyipitkan netranya lalu melipat tangannya di perut menunjukkan sikap tidak sukanya.
"Ah, masuk tanpa ketuk pintu. Dan kamu masih ingat betul password pintu rumah ini. Sudah berada kayak rumah sendiri, ya kan?" gadis itu tersenyum tanpa melirik Elanda. Lalu ia menenggak kembali wine nya.
"Jadi ini cewek yang kamu deketin sekarang? Pendek, item, dekil dan miskin." Ucapannya tergantung dengan sengaja. Sementara Elanda mengepalkan tangannya kesal.
