Lea sibuk berkutat dengan berkas-berkas yang ada, beberapa kali ia menggaruk kan kepalanya karena pusing dengan tugas pertamanya yang sudah setinggi bukit itu. Padahal niat hatinya ia ingin makan siang bersama dengan Arka hari ini, setelah beberapa kali gagal berdekatan dan mencari perhatian Arka semesta seperti nya sedang berbaik hati mempertemukan mereka dalam pekerjaan.
Ia menyukai Arka saat mereka berada dalam satu kelompok saat kuliah dulu. Beberapa kali ia selalu mencuri perhatian Arka namun cowok itu sama sekali tak tersentuh.
"Lea, apa pak Arka ada di ruangannya?" Tanya Lim di depan meja kerja Lea.
Lea menoleh dan mendapati sosok Lim di hadapannya, "Ada di dalam pak, barusan pulang dari rapat." Jawab Lea.
Lim mengangguk, "Lea, setelah ini siapapun yang ingin menemui pak Arka tolong di tolak ya termasuk kamu."
Lea menaikkan alisnya tak mengerti apa yang sedang dikatakan oleh Asisten pribadi Arka yang sok berkuasa.
"Emang siapa anda berani menyuruh-nyuruh saya seperti itu?" Gumam Lea di dalam hatinya.
"Jika kamu ingin lama bekerja di sini jangan pernah mengatai saya didalam hati kamu. Saya bisa mengeluarkan surat pemecatan untuk kamu bahkan tanpa persetujuan dari pak Arka terlebih dahulu." Tambah Lim lagi dengan tampang datar nya menatap Lea dan kemudian langsung masuk keruangan kerja Arka meninggalkan Lea yang sedang kesal di tempatnya.
Ia tahu saat pertama kali bertemu dengan Lea tadi pagi, wanita itu sedang mengincar Arka dan ia tak ingin hal itu terjadi. Sebisa mungkin ia harus mengagagl kan setiap rencana Lea yabg bersifat modus.
Lim memasuki ruangan kerja milik Arka yang begitu luas dan tentunya sangat nyaman dengan warna klasik pilihan Arka itu. Nampak beberapa hidangan makanan tersaji di meja panjang sofa. Seperti nya karena terlalu sibuk Arka tidak sempat makan di luar hingga pilihan satu-satunya adalah makan masakan dari kantin kantor. Itu lebih baik dari tidak makan sama sekali bukan?
"Apa yang membawa kamu datang kemari Lim?" Tanya Arka di sela kunyahan nya.
Lim terdiam ditempatnya sambil melihat hidangan di atas meja Arka itu, "Makan lah bersama ku Lim, setelah itu baru kita bicara." Tambah Arka lagi yang langsung di anggukkan oleh Lim.
Dirinya emang sedang benar-benar lapar, sejak pagi tadi ia tidak ada makan sama sekali. cacing di perutnya itu sudah demo meminta jatah mereka di dalam perut.
Lim itu bukan hanya sekedar Asisten pribadi tapi ia juga sahabat yang selalu menjaga Arka selama ini. Mereka sudah bersahabat sejak kecil dan makan bersama bukanlah hal pertama bagi keduanya itu.
15 menit berlalu, setelah selesai makan Arka mengambil buah Apel dan menggigitnya dengan begitu santai.
"Apa yang membawamu kemari Lim? Bagaimana dengan wanita itu?" Tanya Arka.
Lim ynaru teringat dengan maksud kedatangannya itu kembali terdiam, ia yakin Arka pasti akan mengamuk mendengar laporan yang tak sesuai keinginannya itu.
"Gadis itu menolak untuk bertemu dengan anda Pak." Jawab Lim dengan satu napas sambil menutup matanya.
Seperti sudah tahu apa yang akan terjadi, Lim membuka setengah matanya saat mendengar suara pecahan kaca yang begitu nyaring. Piring-piring tadi sudah pecah berkeping-keping akibat luahan amarah Arka.
"Dia kira siapa dirinya berani sekali menolak ha?" Pekik Arka memenuhi isi ruangan itu. Sementara Lim ia masih setia menutup mata namun telinga nya masih terbuka lebar mendengar makian Arka yang tak berkesudahan itu.
"Lim, siapa wanita itu? Mengapa bertemu dengan dirinya termasuk dalam salah satu jadwal ku kemarin?" Tanya Arka
Lim membuka matanya, ia baru ingat bahwa pertemuan itu merupakan permohonan dari salah satu klien mereka yang mengusulkan Kaira untuk masuk dalam kategori calon pasangan Arka.
"Saya kurang tahu pak, itu diatur oleh Maya si sekretaris lama." Jawab Lim, ia sungguh tak ingin kena imbasnya lagi kali ini. Mungkin pura-pura tidak tahu akan lebih baik untuk keadaan saat ini.
"Dasar wanita sialan!" Erang Arka, sudah habis kesabarannya mengahadapi Kaira.
Lim hanya berdiam diri di tempatnya, jika sudah seperti ini ia tak tahu bagaimana lagi harus menghadapi Arka.
"Lim, batalkan semua jadwal ku hari ini dan tolong siap kan mobil segera. Aku ingin kita pergi kerumah wanita yang tidak tahu diri itu." Titah Arka setelah beberapa detik bisa mengendalikan dirinya.
Tanpa menjawab, Lim langsung berdiri dan pergi dari situ secepatnya,
"Emang jika anda yang pergi apa bisa mengubah keputusan Nona bar-bar itu pak? Astaga, aku tidak bisa membayangkan nya. Apa kali ini kamu akan datang untuk kembali mempermalukan diri sendiri lagi?" Ucap Lim dalam hati sambil meninggalkan ruangan Arka. Bayangan wajah Kaira terus memenuhi isi kepalanya saat ia meminta untuk gadis itu bekerjasama dengan dirinya tadi.
**
Kaira duduk di depan teras rumah nya menikmati angin yabyg berhembus membelai rambutnya yang basah itu.
Dengan mengunakan kaos oblong dan celana jeans pendek selutut. seperti itulah dirinya jika sedang dirumah, ia menyukai gaya yang begitu simple.
Terdengar suara tawa Galih yang tanpa henti sejak tadi mendengar cerita dari Kaira tentang orang suruhan Arka yang memaksa nya untuk ikut bersamanya itu.
"Lalu, mengapa kau tidak ikut saja Kai? Bukankah itu sudah sebuah lampu hijau bahwa dirimu mampu menaklukkan hati si Arka."
Kaira mengangguk membenarkan ucapan Galih, "Semua akan terasa begitu biasa saja saat aku menerima tawaran itu. Nggak salah dong kalau aku mau bermain sebentar dengan dirinya? Biar dia tahu dengan siapa dia berhadapan saat ini!" Jawab Kaira sambil tersenyum, di pikiran nya sudah ada beberapa rencana yang siap meluncur mulus dalam mengerjai CEO sombong itu.
"Apa waktu nya cukup untuk bermain-main lagi hm? Ayolah waktu mu sudah sampai habis Kai?"
"Tidak, siapa bilang waktu ku habis? Waktu ku belum berakhir ya. Dan akan aku pastikan terlebih dahulu bahwa CEO sombong itu akan berlutut di kaki ku mengemis untuk di nikahi dan di tonton dengan semua orang layaknya saat dirinya menghina ku kemarin."
Galih mendekat ke arah Kaira dan duduk disampingnya, "Apa rencana mu selanjutnya?"
Kaira tersenyum penuh Arti kepada Galih yang Galih sendiri sudah mengerti maksud dari senyuman itu.
"No Kaira!" Ucap Galih
"Ayo dong Gal," pinta Kaira dengan raut wajah memohon nya. Biasanya cara itu akan selalu ampuh membuat Galih menuruti kemauannya.
"Nggak usah seperti itu, aku sudah hafal dan tidak akan mau terpengaruh lagi." Sinis Galih, sungguh ia tak habis pikir apa yang ada dalam pikiran Kaira itu.
Melihat Galih yang tak ada respon sama sekali membuat sebuah ide terlintas di otak Kaira. Wanita itu selalu saja memiliki ide disaat-saat seperti ini.
Cuppp
Kaira mencium pipi kiri Galih hingga membuat Galih menoleh ke arah Kaira yang sedang menciumnya. ia berharap cara ini bisa meluluhkan hati Galih dalam membantu nya.
"Tidakkah perbuatan kalian berdua itu sungguh memalukan dilakukan di sini?"
Galih dan Kaira menoleh ke sumber suara yang sedang duduk dihadapan mereka sambil menikmati cemilan keripik singkong. Seolah-olah sedang menonton drama di bioskop.