Suara tawa Galih memenuhi isi ruangan apartemen miliknya sejak beberapa menit Kedatangan Kaira di apartemen nya itu.
"Berhenti menertawakan ku Galih!" Kesal Kaira sambil mengigit apel di tangan nya.
"Sumpah Ra, perut ku sakit sejak tadi tertawa."
Kaira memanyunkan bibirnya, "Senang lo hm sekarang? Puas?"
Galih kembali tertawa lagi mendengar perkataan Kaira barusan itu, ia sangat bersyukur tadi bisa berada disana dan mengusik sebentar waktu Kaira bersama cowok.
"Setimpal bukan dengan apa yang sering lo lakukan sama gue dulu saat Gue sedang bersama wanita-wanita seksi dan bohai di luar sana hm?" Kini Galih sudah duduk di samping Kaira dan mengambil apel bekas gigit Kaira lalu memakannya dengan begitu santai.
Kaira menatap ke arah Galih yang entah sejak kapan sudah berada disampingnya itu. Ah iya, dirinya lupa bahwa Galih selalu saja mengatakan akan melakukan balas dendam setiap kali kencannya bersama wanita-wanita bodoh di luar sana gagal.
Masih segar di ingatan nya itu bagaimana tangan-tangan lembut dan kecil memberikan jejak di pipi Galih setiap kali ia datang untuk mengganggu.
Flashback on
Di sebuah taman yang telah disulap sedemikian rupa sehingga menjadikan nya begitu tampak indah dengan dekorasi yang pasti di tata oleh orang proporsional langsung. Karena Galih sangat menyukai sebuah kesempurnaan dan ia tak ingin ada sedikitpun cela.
"Apa kamu sangat menyukainya nona?" Tanya Galih pada wanita seksi di hadapannya itu yang sedang terkagum-kagum dengan pemandangan yang ada.
"Ini sempurna sayang. Kamu sungguh sangat pintar mendekorasi semuanya ini. Bagaimana mungkin aku tidak menyukai sesuatu yang indah seperti ini hm?"
Galih tersenyum sambil menggenggam erat tangan Wanita itu, "Aku mencintaimu Lea. Maukah kamu menikah dengan ku?" Ucap Galih sambil membuka kan sebuah kotak kecil berwarna merah di tangan nya.
Wanita bernama Lea itu sudah tak bisa berkata-kata lagi. Tak ada alasan yang pas saat ini untuk menolak seorang Galih Atmaja di hadapannya saat ini.
"Iya Gal, aku mau." Jawab Lea sambil tersenyum menggambar betapa bahagianya dirinya saat ini.
Galih tersenyum dan langsung menciumi tangan putih milik Lea dengan penuh cinta sebelum memasukkan sebuah cincin di jari manis Lea.
"Tidak! Ini tidak boleh terjadi, ini salah Ayah." Ucap Kaira dari jauh membuat aktivitas Galih memasang kan cincin itu terhenti.
Lea menoleh kearah Kaira yang sedang melangkah mendekati mereka. Dan kemudian tatapannya beralih menatap Galih yang tampak kebingungan juga seolah dirinya sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Ayah, bagaimana mungkin kamu ingin menikahi wanita lain lagi tanpa sepengetahuan bunda dulu hm?" Ucap Kaira yang saat ini sudah duduk di pangkuan Galih.
Mata Kaira memandang wanita berwajah cantik di hadapannya itu dengan begitu intens. Wanita itu memiliki wajah putih mulus dan hidung mancung. Matanya hitam pekat dengan bulu mata yang panjang. Cantik? Ah nggak juga, masih cantikan Kaira jika mereka berdua disandingkan.
"Siapa nama mu nona?" Tanya Kaira setelah puas menatap Lea.
"L-Lea Anjani." Jawab Lea gugup, saat ini ia seperti sedang merasa menjadi pelakor yang ketahuan oleh istri sah.
"Baiklah Lea, berapa umur mu?"
"20 tahun nona." Jawab Lea sambil menundukkan pandangan nya. Ia tak berani menatap mata hitam dan coklat milik Kaira. Gadis di depannya itu seperti memiliki aura tersendiri untuk membunuh.
Kaira mengangguk dan kemudian ia beralih menatap Galih yang kini tampak sangat santai di posisi nya itu.
"Ayah, apakah Lea akan menjadi madu ku hm? Apakah Lea adalah wanita yang akan mengurus rumah beserta anak kita ini? Apakah Lea adalah orang yang kamu maksud selama ini?" Tanya Lea sambil mengusap perutnya yang besar.
"Apa? Madu? Mengurus anak?" Pekik Lea, ia sangat terkejut mendengar ucapan Kaira barusan.
Kaira menoleh dan kemudian turun dari pangkuan Galih untuk mendekatkan ke arah Lea yang sedang terkejut di tempatnya.
"Kenalkan nama ku Kaira Larasati, istri pertama Galih dan sekaligus akan menjadi madu mu nantinya." Ucap Kaira sambil mengulurkan tangannya ke arah Lea.
Lea masih diam mencerna setiap kata yang di ucapkan oleh Kaira. Mimpi apa dirinya semalam sampai harus mendapatkan nasib buruk seperti ini.
"Madu, apa kamu tak ingin menerima uluran tangan ku? Ayolah jangan seperti itu. Kita akan melewati banyak waktu bersama nantinya entah urusan rumah ataupun sekedar mengurus anak. Jadi mari kita berteman sebagai salam perkenalan sebelum menjadi madu. Akan ku ajari nanti bagaimana menjadi madu yang baik dan benar." Ucap Kaira dengan lembut.
Melihat Lea tak kunjung merespon Kaira menatap ke arah Galih, "Ayah, mengapa madu tidak mau menerima uluran tangan bunda?" Tanya Kaira dengan penuh dramatis, "Apa ayah sebelumnya memang tidak memberitahu tentang bunda dan anak kita dengan madu hingga membuat madu terkejut seperti ini?" Kaira menoleh ke arah Lea yang masih sama seperti tadi di posisinya, "Madu, maafkan aku yang datang di acara lamaran mu ini, tolong jangan menolak Galih hanya karena aku. Sumpah aku rela jika kamu menjadi maduku. Kita bisa menjadi dua orang teman dengan satu suami."
"Stop!" Teriak Lea yang langsung membuat Kaira terdiam, sedangkan Galih ia masih sama dengan posisinya tadi hanya diam dengan ekspresi datar nya.
"Gal, kenapa kamu hanya diam aja hm? Katakan sama aku kalau ini semua salah paham doang dan aku akan tetap menerima kamu. Bilang sama aku Gal ini semua bohong." Ucap Lea histeris. Matanya menoleh ke arah Kaira yang terdiam di tempatnya, "Dan kamu, meskipun kamu rela aku menjadi madumu tapi aku yang tidak rela."
"Madu jangan berkata seperti itu."
"Stop! Jangan panggil aku dengan panggilan itu lagi." Bentak Lea, ia memandangi Galih yang diam tanpa ekspresi ditempatnya, "Dan kamu, thanks buat hari ini. Aku kecewa sama kamu Gal dan tolong jadikan ini hari terakhir kita bertemu. Semoga kita nggak akan pernah bertemu di kehidupan yang akan datang nantinya." Ucap Lea dan kemudian langsung pergi dari situ.
"Madu," panggil Kaira dengan tatapan sendu.
Langkah Lea berhenti, ia menoleh kebelakang untuk melihat Kaira, "Aku bukan madumu dan tak akan pernah ku izinkan hal itu terjadi." Jawab Lea dan kemudian kembali melangkah kan kaki nya membawa luka di hatinya itu. Untung saja dirinya adalah wanita berkelas, jika tidak mungkin sudah ia cakar-cakar wajah mulus Galih dan Kaira tadi.
Flashback off
"Sudah ah males gue sama lo. Gue pulang dulu ya." Ucap Kaira dan langsung mengambil tasnya yang berada di atas meja makan.
"Kok pulang sih sayang? Malam masih panjang loh. Apa kamu tidak ingin menghabiskan malam bersama ku tuan putri Kaira Larasati? Bukankah tadi kamu mengatakan akan menemani saya menghabiskan waktu berdua malam ini? Ayolah, kita baru saja memulai nya sayangku."
Kaira menaikkan alisnya, "Berak Gal!!" Ucap Kaira dan kemudian langsung keluar dari apartemen milik Galih dengan membanting pintu cukup keras melampiaskan rasa kesalnya yang sejak tadi ia tahan.
'Galih benar-benar membalas dendam nya waktu itu. Ah, dasar laki-laki satu itu!!' gumam Kaira sepanjang perjalanan nya.