Chereads / Euryale Familia / Chapter 2 - Volume 1 Chapter 1

Chapter 2 - Volume 1 Chapter 1

Kali ini Eina Toulle seorang Hybrida Elf menatap penuh selidik, pada lelaki dengan rambut hitam spike di depannya. Itu karena pemuda ini sudah membuat dirinya dalam masalah besar.

"Menjelajah Dungeon sampai level Tujuh belas, tidak kembali selama tujuh hari. Lalu kembali dengan tidak sadarkan diri dibawa oleh seorang petualang. Apa kau tahu apa yang telah kau lakukan ini!" ucapnya dengan aura hitam menguar.

Pemuda yang tak lain adalah Takumi tidak berani mengucapkan sepatah katapun untuk membela diri. Itu memang fakta dan dia tidak bisa menampik hal tersebut.

Dewinya sendiri sudah menceritakan kalau Guild Petualang, dibuat gaduh karena dirinya tidak kembali kepermukaan selama tujuh hari.

"I-iya aku mengerti!"

Bunyi gebrakan tangan ke meja menggema, membuktikan kalau kesabaran Eina sebagai penasehat petualang sudah habis.

"Hah! Sudah mengerti, ini bukan kali pertama kau tidak kembali dari Dungeon dalam waktu lama. Bulan lalu kau juga tidak kembali selama 4 hari lalu dua bulan lalu 3 hari. Apa kau ingin mendapat Gelar Manusia yang tinggal di Dungeon, hah!"

Takumi mencoba memberi pembelaan.

"Tapi para Familia terkenal seperti Loki Familia atau Freya Familia, tidak pernah mendapat teguran tentang berapa lama mereka berada di Dungeon."

"Kalau mereka pengecualian, tugas mereka adalah menjelajahi Dungeon untuk memetakan wilayah. Hal itu disebut Ekspedisi, tujuannya agar para pemula seperti dirimu bisa mengetahui struktur lokasi Dungeon." ucap Eina dengan nada tinggi.

Takumi hanya bisa meringis ketika mendengar jawaban Eina, apalagi beberapa petualang ada yang melihat mereka.

"Nona Eina, bisa tidak volume suaramu dikecilkan kita jadi pusat perhatian."

Eina lalu menggebrak meja lagi dan berkata, "tidak bisa, ini supaya kau bisa mengerti kalau menjelajahi Dungeon sangat berbahaya. Juga agar kau kapok."

Kini Takumi tersenyum masam, ketika melihat itu Eina merasa kalau dirinya sudah berlebihan dan terdiam. Lama tidak ada satupun yang membuka suara.

'Aku tidak salah, memarahinya memang perlu agar dia tidak mengulangi hal ini dan tidak merepotkan Guild, tapi-'

"Sepertinya kau membenciku ya, nona Eina! Saat dengan petualang lain kau selalu tersenyum lembut dan manis. Kata-katamu juga selalu halus dan sopan, tapi saat melayaniku kau selalu melontarkan kata-kata dengan nada intimidasi. Tadinya aku ingin menyampaikannya dengan baik sebagai kejutan, tapi karena keadaan hatimu sedang kalap sebab ulahku jadi aku serahkan seperti ini saja. Ini adalah status diriku saat ini, aku ingin Guild memperbaharui statusku. Kalau begitu aku permisi mau menukarkan Megic stone yang kuda-"

Ketika mendengar apa yang disampaikan Takumi membuat Eina membeku, memang selama ini dia memperlakukan Takumi berbeda dengan yang lainnya.

"Maafkan aku karena selama ini memperlakukan dirimu berbeda, tapi-"

"Sudahlah tidak usah diperjelas, aku juga sadar diri. Karena itu aku permisi dan meminta maaf, sebab sudah membuat dirimu dalam masalah." Ucap Takumi seraya tersenyum.

Hati Eina seperti ditusuk jarum kala melihat senyum itu, biasanya dia akan selalu membalas senyum ketika menerima dari petualang asuhannya.

Tapi dengan senyum pemuda di depannya ini, hatinya bukannya bahagia malah terasa sakit. Seakan ada duri yang mengganjal di hatinya.

Lalu Takumi segera bangkit dan hendak pergi menuju konter pertukaran Magic Stone.

'Meskipun aku selalu memperlakukan dirinya berbeda, dia selalu memberiku senyum dan aku tidak pernah membalas sama sekali. Aku benar-benar telah berbuat hal yang salah, aku telah mengabaikan dirinya. Mungkin saja selama ini dia ingin melihat apa aku perhatian padanya atau tidak. Lalu hari ini dia menyimpulkan kalau aku membencinya, karena sikap yang tadi kutunjukkan.'

Ketika Takumi hendak pergi dari situ tangannya tiba-tiba diraih oleh Eina.

"Aku minta maaf jika selama ini tidak memperlakukan dirimu seperti para petualang lainnya. Selama ini aku juga selalu memperhatikan dirimu, kalau tidak percaya akan kuceritakan. Kau selalu sendirian berburu di Dungeon, tidak ada satupun petualang atau pendukung yang mau membuat grup denganmu. Kadang kau malah menghabiskan harimu tertidur di kursi Guild karena tidak mendapatkan partner. Ada juga hari dimana kau pergi ke Dungeon, tidak membawa bekal dan berakhir dengan kelaparan. Lalu kau juga sering membuat keributan di aula ini, aku mengingat itu semua. Tapi kasus ini benar-benar membuat kami kesusahan, aku mohon kau tidak mengambil kesimpulan kalau aku membenci dirimu. Lalu alasan aku tidak memperlakukan dirimu sama dengan yang lain, karena kau itu kuat. Kau tidak pernah mengeluh ataupun kecewa, itu juga membuat diriku senang."

"Terima kasih atas kalimatnya, berarti aku bisa masuk dungeon dalam waktu lama lagi suatu hari."

Wajah Eina yang tadinya melunak kini mengeras kembali.

"Eeeee, tidak akan kuizinkan hal itu sampai kau bisa Rank Up dulu."

Mendengar itu, Takumi malah tambah tertawa terbahak-bahak.

"Wah kalau itu syaratnya sih aku rasa benar-benar siap, sekarang aku sudah lebih kuat."

Wajah Eina kini tampak meremehkan dan berkata.

"Hah! Kau itu mengalami peningkatan status yang lambat, mana mungkin bisa Rank Up secepat itu lagi pula jelas kalau sekarang lev-"

Wajah Eina kini membeku ketika melihat status Takumi, dia melihatnya untuk mengejek Takumi seperti biasanya dan memamerkan kalau Takumi itu sulit mengalami Rank Up.

Tapi kini dia benar-benar terkejut sebab dalam lembar status tersebut, tertulis kalau Takumi sudah mengalami Rank Up. Apalagi langsung dua angka atau biasa disebut Double Rank Up.

Kasus yang jelas sangat Langka dan bahkan tidak pernah ditemui oleh para petualang di seluruh Orario.

"Ee- hmph."

Tepat sebelum Eina berteriak sebab terkejut, melihat status Takumi yang mengalami Double Rank Up dalam tiga bulan. Mulutnya sudah lebih dulu di bungkam oleh Takumi.

"Jangan memancing kegaduhan lebih dari ini, aku tidak ingin jadi pusat perhatian karena sudah Rank Up kau paham, nona Eina." bisik Takumi.

Elf Hybrida itu pun mengangguk dalam diam, sebab mengerti dengan apa yang di sampaikan oleh Takumi. Lalu Takumi melepaskan bekapannya.

"Ikut aku ke ruangan khusus Konsultasi, ada beberapa pertanyaan yang ingin kuajukan mengenai Rank up yang kau alami ini." pinta Eina.

"Baiklah," jawab Takumi.

Pertanyaan demi pertanyaan dijawab Takumi dan membuat Eina terkejut, dengan jawaban yang diberikan oleh nya. Apalagi dia menceritakan bertarung dengan singa emas raksasa dan seimbang.

Hal seperti itu sulit diterima oleh Eina, karena postur tubuh Takumi yang hanya 178 cm dan kelas yang digunakannya adalah Monk.

Tapi setelah diberi penjelasan lebih lanjut, Eina akhirnya paham dan mengakui kalau itu mungkin penyebab kenaikan statusnya yang signifikan.

"Itu sudah menjawab semuanya, dengar Takumi! Kasus dirimu ini tidak pernah sekalipun terjadi, bahkan dari familia terkuat seperti Zeus Familia dan Hera Familia tidak ada yang mengalami Double Rank Up sepertimu. Kecepatan Rank Up tetap diraih oleh Bell Cranel dari Hestia Familia dan para dewa sudah kisruh ingin mengetahui rahasianya. Lalu kalau sampai mereka melihat status dirimu saat ini, aku yakin mereka akan melakukan sesuatu padamu untuk menguji apakah murni kau mengalaminya atau hanya keberuntungan saja." ucap Eina.

Ketika mendengar itu, Takumi malah menginat kembali perjuangan dirinya bertahan hiduo di dalam Regulus Crest Cave.

Di tempat itu dia seakan didik oleh singa emas untuk menjadi petualang sesungguhnya. Meski dia hanya terkena pukulan dan menghantam dinding gua sampai retak, namun ada hal yang membuat dirnya penasaran.

'Kenapa ketika di dalam gua itu aku sama sekali tidak merasa lelah dan sakit, tapi saat keluar ke permukaan tubuhku bisa merasakannya lagi. Tapi tempat itu sudah hancur, jadi kemungkinan sudah tidak bisa digunakan lagi.'

"Kumi!"

"Takumi!"

"Oi takumi kau memperhatikan tidak sih, aku menjelaskan keadaanmu saat ini."

"Oh iya, aku mengerti. Terima kasih atas arahan yang kau berikan padaku nona Eina, sekarang apa aku boleh menjual semua Magic Stone yang kudapat setelah berburu selama tujuh hari di dalam Dungeon."

"Yah baiklah!"

Setelah itu pun Eina dibuat terkejut dengan banyaknya Magic stone yang dibawa Takumi. Sedangkan orang yang menjual merasa beruntung, karena Regulus memberikan semua harta di Gua miliknya.

"Tas itu pasti item langka, dari mana kau mendapatkan semua ini?' taya Eina.

Dia bertanya seperti itu setelah menguasai diri, sembari menghitung magic stone dibantu beberapa orang karyawan yang kewalahan.

"Aku mendapatkan benda itu di dalam Dungeon."

"Kurasa kau sudah bekerja sangat keras, tapi apa-apaan jumlah sebanyak ini?"

Jumlah magic stone yang keluar dari kantung kecil itu sangat banyak, mencapai tiga gundukan setinggi satu setengah meter.

Diantara itu semua ada juga beberapa item drop yang bernilai tinggi. Setelah satu jam dibuat tersiksa, menghitung magic stone milik Takumi.

Eina menyerahkan sebuah kartu emas dengan lambang Guild tercantum di sana.

"Eh kenapa tidak dalam bentuk uang? Aku ingin dalam bentuk Valis."

"Dengar ya, barang yang kau tukarkan itu mencapai 2,5 miliar valis. Jika diserahkan dalam bentuk uang, kau akan kesusahan membawanya. Lalu kartu ini sudah terisi saldo sejumlah uang yang kusebut, jadi jangan khawatir." jawab Eina menyerahkan kartu itu pada Takumi.

"Baiklah aku percaya padamu, terima kasih atas bantuannya."

"Hah! mengatakan hati-hati sepertinya percuma, kau sekarang sudah kuat dan karyawan penting di Guild. Sudah membuka mata pada dirimu dan tidak berani macam-macam. Tapi kau tetap harus selalu waspada, Takumi Yudi." Jelas Eina.

"Baik, akan kuingat dan kalau boleh aku minta tolong lagi."

Setelah mendapatkan apa yang dia perlukan, Takumi melangkah menuju tempat dimana dewi Hefaistos berada.

Tujuannya jelas untuk menempa item drop Regulus Nemea agar dijadikan armor. Saat dia hendak memasuki wilayah familia dewi Hefaistos, beberapa orang menghalangi.

"Apa yang kau lakukan disini, pecundang!"

"Iya ini bukan tempat yang layak, untuk petualang tidak berguna seperti dirimu!"

"Hahaha!"

"Pergi dari sini!"

Ejekan dan tawa mereka membuat Takumi menajamkan mata, kedua orang itu pun merespon dengan bergaya ingin memukul.

Jika itu adalah dia yang biasanya, mungkin perilaku konyol itu akan dilakukan.

Mereka pikir Takumi akan takut lalu membungkuk seperti biasanya, namun kali ini bahkan Takumi bergeming dan menatap keduanya.

'Aku tidak punya urusan dengan kalian, saat ini aku ada urusan dengan dewi Hefaistos. Aku ingin meminta beliau menempa sesuatu untukku."

Mendapati sikap lain dari Takumi membuat mereka sedikit heran, tapi mendengar Takumi mengatakan kalau dia ingin meminta dewi Hefaistos menempa sesuatu untuknya membuat mereka tertawa lebih keras.

"Apa otakmu sudah tidak waras, dewi penempa sangat sibuk. Lagian dia tidak mungkin mau mendengarkan ucapan orang lemah seperti dirimu. Jadi cepat pergi dari si-"

Salah seorang mengatakan itu dan mencoba meninju Takumi, tapi tanpa di duga lengan miliknya ditahan oleh Takumi.

"Aku sudah menduga kalau ini akan terjadi, lagian aku sudah muak dengan kalian yang selalu menghinaku. Jadi aku akan mengambil kembali harga diriku." ucap Takumi

Satu tinjuan kuat melayang dan menghantam wajah pemuda itu, tubuhnya melesat dan menghantam dinding kuat.

Pemuda itu kini meringis menahan sakit karena punggungnya baru menghantam dinding. Rekannya mencoba melayangkan serangan, tapi Takumi mengelak dengan mudah dan memberi serangan balasan.

Dia pun mengalami hal sama dan meringis dengan tubuh membungkuk. Lalu pintu terbuka, menampilkan sosok berambut hitam ponytail.

Salah satu matanya tertutup dan dia mengenakan hakama merah, ketika melihat orang yang menjaga pintu tergeletak seraya meringis. Dia menajamkan pandangan.

Lalu tatapannya beralih pada Takumi, "apa kau yang menghajar mereka?" tanyanya.

"Berulang kali lewat sini, aku selalu dibully oleh mereka. Bukankah sudah sepantasnya aku mengambil harga diriku kembali?" ucap Takumi.

"Menarik sekali, aku sedikit mencuri dengar dari dalam kalau kau ingin dewiku menempa sesuatu. Kalau begitu silakan masuk. Namaku Tsubaki, kau tidak perlu mempermasalahkan mereka biar aku yang mengurusnya," ucapnya dengan riang.

"Aku Takumi, mohon kerja samanya."

Takumi pun masuk keruangan tersebut, ada beberapa senjata, armor, dan item bagus terpajang di ruangan itu. Terdapat juga sebuah tungku dan alat penempa di ruangan ini.

"Apa ini tempat dewi Hefaistos menempa?" tanya Takumi.

"Sayang sekali bukan, ini adalah ruang kerjaku. Ruang tempat dewi bekerja ada di tempat khusus, lalu kau ingin meminta di tempa apa oleh dewiku. Hanya sekedar nasehat bayarannya sangat mahal lo, kuharap kau bisa menyiapkan dananya." ujar Tsubaki.

"Ahaha aku sudah tahu itu, para petualang sering menceritakan hal tersebut. Meski mahal tapi kualitas yang di dapat juga bukan main-main. Kurasa itu adalah pertukaran setara yang bagus." jawab Takumi.

Tsubaki tersenyum ketika mendengar jawaban Takumi, dia merasa kalau Takumi tidak memandang rendah para penempa. Bukannya dia khawatir kalau harga dirinya turun.

Tapi kadang beberapa petualang menganggap para penempa, sebagai pemeras uang mereka karena harga yang diperlukan untuk membuat sebuah senjata melampaui pendapatan sebagai petualang.

"Pemikiran dirimu menarik sekali, aku sangat senang mendengarnya." respon Tsubaki.

Membuat sebuah senjata atau peralatan petualang yang bagus dan tahan lama itu sangat sulit, para penempa juga harus memikirkan komposisi bahan yang digunakan dan teknik yang tepat.

Selain itu, faktor yang paling penting adalah proses pemuaian bijih mentah nya. Jika terlalu lama membakar akan membuat kualitasnya kuat tapi ketahanannya rentan, namun jika terlalu singkat maka ketahananya kuat dan kualitasnya berkurang.

Intinya ada kekurangan dan kelebihan dari proses pemuaian bijih mentah atau biasa disebut Ore. Penempa profesional seperti dewi Hefaistos dan Tsubaki tahu kapan lamanya pemuaian sebuah ore, ketika menempa senjata atau armor sehingga hasilnya memuaskan.

"Hei apa kau mau menyewa jasaku juga, aku janji hasilnya tidak akan membuatmu kecewa." ucapnya ketika sampai di pintu masuk menuju tepat dewi Hefaistos.

"Baiklah, sebagai rasa terima kasih. Aku ingin kau menempa sesuatu untukku, sebuah pedang dua tangan. Bagaimana?" tawar Takumi.

"Tenang saja, dalam tujuh hari aku akan selesaikan!"

"Aku minta tiga hari selesai dan akan kuberikan bayaran sesuai permintaanmu. Bagaimana?" tawar Takumi.

Tsubaki memicingkan mata ketika mendengar tawaran orang di depannya.

'Tiga hari dan dia janji akan memberi bayaran sesuai keinginanku, tapi aku belum bisa mempercayainya.' batinnya

"Bukannya aku meremehkan, tapi proses pembuatan senjata itu tidak bisa diper-"

Ucapan Tsubaki terhenti sebab Takumi mengeluarakn sebuah ore dengan warna putih berkilau. Itu adalah item drop yang berasal dari Harimau putih pengawal Regulus.

"Gunakan ore ini untuk membuat pedangnya, harusnya kau tahu nilai ucapanku saat melihat benda ini bukan? Dan juga jangan sampai ada orang yang tahu, oke!"

Tsubaki tidak berkedip saat menerima ore dari Takumi, itu karena dia bisa merasakan kalau benda tersebut sangat luar biasa.

"Dari mana kau menemukannya?"

"Itu tidak penting, asalkan pesananku selesai tepat waktu. Aku tidak akan mempermasalahkan harga yang kau berikan, tapi tolong berbaik hatilah untukku." ucap Takumi.

Tsubaki menjawab dengan semangat, "tentu saja, aku akan menyelesaikannya. Kuharap kau menyiapkan uangnya, lalu untuk tujuanmu silakan masuk. Dewi ada didalam sana, semoga kau beruntung." .ucap Tsubaki melenggang dengan wajah gembira karena mendapatkan pesanan.

'Ini ore yang sangat bagus, aku harap tidak membuat kesalahan. Akan sangat memalukan jika aku tidak membuat hasil yang layak, aku akan mengeluarkan semua kemampuan terbaik untuk menempanya.' batin Tsubaki.

Sementara itu, Takumi yang melihat tingkah Tsubaki melekukan sudut bibir.

'Aku rasa menyerahkan benda itu padanya tidak masalah, tadinya aku ingin keduanya di tempa oleh dewi Hefaistos. Tapi karena dia menawarkan diri, kenapa tidak mencobanya apalagi julukannya adalah Cyclop. Kuharap kau tidak mengecewakan diriku, nona Tsubaki. Tapi sungguh mengejutkan, dia memiliki dua aset yang bagus. Hehehe' batin Takumi sambil berwajah mesum.

"Baiklah, saatnya bertemu dewi Hefaistos." ucapnya seraya mendorong pintu.