Dengan suara teredam, Ozy menghantamkan palu ke tepi lesung batu dengan tangan yang lemas, hampir melukai tangan rekannya, dadanya naik turun dengan cepat, dan napasnya keras.
Rekannya adalah salah satu juniornya. Dia melihat ke sisi Rein dan berkata dengan cemas, "Kakak Ozy, dia akan mengejar, berusaha lebih keras!"
Ozy mengertakkan gigi dan ingin mengangkat palu lagi, tapi dia terlalu lelah. Sekarang, lengannya benar-benar sakit—Dia ingin bertahan sebentar, mungkin wajah putih kecil itu akan kembali lemas? Sayang sekali Ozy tidak bisa mengangkat lagi. Lagipula, manusia bukanlah mesin. Jika ingin bekerja terus menerus dengan cara yang tidak konvensional, mungkin hanya seorang aneh yang tidak tahu malu seperti Rein.
