Tidak ada lagi selain Athala dalam pikirannya, Binar bahkan terus melalaikan tugas-tugas kuliahnya.
"Sial, kenapa dia selalu keluar di pikiranku sekarang?"
'Cinta lo sama dia?'
Binar berdesis saat mendengar ucapan yang Marcel berikan, pria itu tidak akan pernah pergi dari telinganya Binar.
'Kapan kamu kembali kerja lagi?' tanya Marcel.
Binar berpikir kapan dia akan memulai kembali karirnya dan menyelesaikan banyak tugas tugas sebelum dia pensiun?
"Mungkin nanti, selesaikan semester ku terlebih dahulu dan aku akan kembali."
Binar melihat jam yang bertengger di tangannya, sudah larut malam. Sangat larut untuk pergi keluar, dia lagi lagi tidak bisa tidur karena kebiasaannya.
'Athala tidak menunjukan hal-hal aneh, dai hanya melakukannya seperti biasa'
Binar mengangguk, banyak hal yang dia pikirkan tetapi Athala lah yang selalu saja tiba dan keluar di pikirannya. Dia akan menampakan diri dengan senyuman menyebalkan yang terakhir Binar lihat.
"Apa trauma nya sudah tidak datang lagi?" tanya Binar,
'Saat aku bertanya pada dokter yang menanganinya, dia bilang Athala sudah jarang mengigau atau mengalami mimpi buruk. Dia lebih sering menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang lebih positif, aku juga melihat dia sekali-kali pergi ke gereja untuk berdoa'
Binar, gadis itu tersenyum.
"Akhlaknya juga ter upgrade rupanya," Marcel berdeham setuju,
'Kau harus segera kembali, banyak tugas dan surat yang datang ke alamat mu. Aku terus mendapatkannya'
"Hm, aku akan segera kembali. Sekarang aku akan pergi tidur, jangan menggangguku dan cobalah untuk hidup sendiri Jaga-jaga jika saja aku akan pensiun dalam waktu dekat," ucap Binar, kemudian tanpa menunggu jawaban Marcel dia langsung menekan tombol matikan.
***
Athala sudah siap dengan pakaiannya, jam weker miliknya berbunyi beberapa menit lalu membuat dia harus segera bersiap. Sekarang dia akan melangsungkan pemotretan, orangtuanya yang menyuruh. Jarang sekali dia bertemu dengan orang tuanya.
"Good, ternyata gue secakep ini, gimana coba muka my father sebenarnya."
Athala tertawa di depan cermin besar di rumahnya, dia memang tampan dan kaya raya jika orang lain melihat dari pandangannya sendiri. Tetapi tidak banyak yang tau bahwa dia tidak pernah menerima kasih sayang orang tua.
***
Awalnya Binar pikir memang benar bahwa ibu dari Athala sangat menyayanginya sampai meminta Binar membantu Athala untuk tidak lagi menciptakan circle yang ditakuti disekolahnya, tetapi ternyata orang tua Athala itu tidak benar-benar menyayangi anaknya. Dia hanya butuh sekolah itu menjadi hak atas namanya, beruntung menurut Binar kenyataannya bahwa Athala telah lulus dari sana.
***
Athala keluar apartemen, dengan tangan yang menggenggam ponsel dan kunci mobilnya. Kebanyakan dari anak orang kaya akan keluar dari rumah megah, tetapi Athala bahkan tidak bisa menempati rumah yang biasanya dia tempati. Lebih lama berada disana malah membuatnya merasa lebih kesepian.
"Hallo, iya mah?"
Panggilan masuk dari orang tuanya.
'Jangan telat'
Athala tersenyum, "Iya, Athala gak telat." jawabnya, kemudian sambungan terputus, dia segera memarkirkan mobilnya dan bergegas menuju lokasi yang sudah diberikan oleh orangtuanya.
Dia berpikir apakah rambutnya sudah tertata rapih, meski disana pasti dia akan dirapikan lagi. Tetapi, bertemu ibu yang mengasuhnya dulu adalah moment berharga.
"Udah ganteng," gumam Athala, saat lampu merah berganti hijau dia langsung membelokkan mobilnya, melaju dengan normal.
***
Saat sampai di tempat pemotretan, dia disuruh masuk ke wardrobe untuk melihat konsep pakaian yang dia kenakan. Sangat pas dengan momentnya.
Athala menghampiri tempat berlangsungnya pemotretan, saat hendak bergabung, ibu dan adiknya beranjak pergi.
"Potret dia sendiri," ucap ibunya,
Athala memasang wajah bingung, "Sendiri?" tanya Athala,
"Nanti ada sesi foto bersama, mereka sudah melakukan foto pribadi," jelas fotografer nya.
Athala mengangguk, dia mulai berdiri tegak dengan posisi formal, kemudian berkali-kali berganti gaya. Tetapi tidak berhenti dan menyuruh ketiganya foto bersama, Athala hanya berfoto sendiri untuk profilnya.
Saat di ruang ganti, orangtuanya berbicara pada dia.
"Berhubung Max belum bisa menjadi pewaris perusahaan mamah, terpaksa kamu yang harus menjadi itu."
"Terpaksa?" Athala berdecih kemudian tertawa sumbang, dia hanya mengangguk dan melenggang pergi.
Kenapa dia harus bersusah payah untuk datang kemari dan kembali membangun relasi dengan orang tuanya? Bukankah beliau sendiri yang meninggalkan Athala dengan papahnya, papahnya sekarang jarang memperhatikan Athala dan ibunya sudah seperti ibu.
"Terserah saja,"
Saat masuk kedalam mobil, sebelum jalan dia sempat mengecek ponsel nya. Detik itu ada postingan terbaru dari Neve Greyson, dia langsung membukanya, setelah itu notifikasi masuk dari Binar.
Neve Greyson • Online
Besok aku balik ke indo, bisa ketemu?
Athala mengerjap, dia mengetik balasan berbunyi, "Hm, gue kirim lokasinya besok,"
Awal bertemu Binar dan mengetahui bahwa gadis itu memiliki kontak dengan dunia gelap dan berusaha menghancurkan geng yang dia buat untuk melampiaskan rasa kesepiannya, membuat Athala sadar bahwa dia gelap tetapi berusaha terang dengan cahayanya sendiri. Mungkin hal itu yang membuat dia menjadi tertarik pada Binar, entah kehidupan atau bahkan sifat asli gadis itu sebenarnya.
"Lebih membuat seseorang penasaran saat orang itu tidak menunjukkan sikapnya, dan cenderung bersikap berubah-ubah." gumam Athala,
'Ting'
Neve Greyson
Oke.
Setelah balasannya sudah sampai, Athala keluar dari basement dan memilih untuk pergi ke apartemennya lagi. Tetapi terpikirkan untuk pergi ke rumah Arthur atau Athaya, berdiam diri dirumah bukan hal yang menyenangkan terlebih lagi saat mengingat insiden tadi.
Alhasil dia memutuskan untuk pergi ke rumah Athaya setelah bilang dia sedang di rumah tetapi ada ibunya disana.
"Gue kesana sekarang,"
'Hm, bawa jajan jangan lupa. Lo namu gak bawa jajan keterlaluan'
Athala tertawa dan mengatakan bahwa dia akan membawa makanan, sekalian untuk ibunya Athaya yang tak lain juga termasuk tantenya.
***
"Permisi," Athala mengetuk, letak rumah Athaya berada di pinggiran kota yang iklimnya lumayan bagus dan belum terlalu tercemar polusi, lingkungannya juga asri.
"Eh, Athala! Aduh, udah lama gak ketemu, ayo masuk-masuk,"
Athala mengangguk, dia masuk membawa dua kresek putih dan satu keranjang buah-buahan.
"Ini buat tante, selamat datang kembali di rumah." sahut Athala, tantenya itu memang sering pergi untuk urusan pekerjaan, menjadi desainer dan seringkali mengadakan pameran dimana-mana.
"Mau main sama Athala ya, ada dia di dapur lagi bantuin tante masak,"
"Tumben dia masak tan,"
Athaya datang dari dalam, "Gue kalau masak sendiri, lo pikir gue delivery terus kek lo?"
Athala mengangguk setuju, "Bener tan, yang gak bisa masak itu Athala," jawab Athala sembari tertawa.
Entah kenapa atmosfer nya menjadi kurang nyaman, sementara Athala hanya biasa saja.
"Kayaknya harus nih Athala kursus di Athaya biar bisa masak, delivery kadang lama, takut aja nanti emergency kan."
"Ah, bener!" jawab ibu Athaya, "Bener, kamu harus bisa masak, makanya belajar, jangan junkfood terus."
Rasanya menyenangkan menjadi Athaya, yang bisa kapan saja dimarahi karena di khawatirkan. Athala bahkan lebih sering makan mi instan dan workout setelahnya, hanya itu jika dia malas memesan makanan online.
"Wah, tante khawatir nih. Tenang, badan dan raga Athala kebal terhadap segala jenis makanan junkfood," tawa nya mencairkan suasana yang mulai menyedihkan.