Note: Part ini menjelaskan tentang kehidupan pribadi Athala dan Binar. (Mengandung banyak narasi daripada dialog).
Setelah berhari-hari berada di Jerman, Binar harus menyelesaikan kuliahnya dalam waktu dekat. Skandal dan masalahnya banyak tertutupi karena bantuan kakeknya yang memiliki banyak sekali relasi. Masalah pembunuhan itu, tidak sebenarnya ada. Binat mengirimkan pria tua bangka menyebalkan tersebut ke panti jompo karena mungkin disana dia akan mendapatkan makan tanpa menyuruh anak di bawah umur untuk mencari nafkah, mungkin? Masalah yang dia alami dengan Athala pun sudah selesai, dia anggap selesai. Beberapa hari setelah Athala dinyatakan sudah bisa berpikir dan berbicara tanpa rasa takut, Binar langsung terbang ke Jerman untuk menyelesaikan studinya.
Keinginan Binar sebenarnya hanya ingin lepas dari dunia kekerasan yang dibangun oleh kakeknya, tetapi pria itu tidak melepaskannya, sama sekali.
'Bukankah perjanjian kau akan menyelesaikan ini saat umur dua puluh lima tahun?' itu yang selalu dia katakan untuk menghambat Binar.
'Neve hanya ingin menjadi gadis biasa, kakek tau kan bahwa Neve hanya sendiri di generasi ini seorang perempuan!'
Entah perempuan atau laki-laki tidak terlalu dipikirkan oleh kakeknya. Intinya, seseorang yang memiliki darah keturunan dari dirinya, itu akan menjadi generasi dan melanjutkan apa yang dia sudah bangun.
"Untuk apa membangun perusahaan gelap seperti ini," gumam Binar kesal,
Kakeknya mempunyai banyak relasi, semua identitas Binar diasingkan dan dia hidup dengan identitas baru di semester terakhirnya. Tidak ada yang berubah, hanya sekarang tidak banyak yang melirik nya secara diam-diam, dan tidak ada mahasiswa baru yang mencari dia serta merta untuk mengajaknya berkenalan. Hidupnya sedikit tenang sekarang, masalahnya hanya satu, dia tidak memiliki teman. Binar hanya merasakan memiliki teman saat menjalankan banyak tugas-tugas nya, hal itu juga yang terkadang menajdi pertimbangan untuk berhenti atau menetap.
"Neve, mau ikut ngantin?"
Hari ini adalah hari terakhir sebelum keputusan sidang, laporan dan skripsi serta tugas akhir sudah dia kumpulkan.
"Thanks, duluan aja." sahut Binar,
Dia tersenyum kemudian mengambil ponsel dan memilih untuk pergi ke perpustakaan, tidak terlalu sepi dan juga akan banyak orang disana.
***
Berbeda dengan Athala, dia sedang sibuk dengan ujian semester pertamanya. Setelah dirawat mengenai insiden itu, dia selaku memfokuskan diri untuk menghilangkan bayang-bayang sifat Binar yang tidak wajah menjadi seorang gadis.
Dia sedang di kantin dengan Arthur dan Athaya yang tidak pernah absen menemani pria itu yang satu-satunya berada di jurusan berbeda, tetapi mereka masih berada di salam satu gedung.
"Banyakin belajar lo,"
Athala tertawa, "Kapan gue gak belajar, Lama-lama gue stress kebanyakan belajar." sahutnya,
Athala, Athaya, dan Arthur memiliki kepribadian berbeda. Athaya dengan sifat dingin dan cuek miliknya, melengkapi Arthur yang friendly dan ceria, Athala memiliki kedua sifat dan sikap temannya.
"Pemilihan Presma sebentar lagi, lo ada rencana mau nyalonin?"
Athala dan Athaya serempak mengangguk, pemilihan ketua OSIS semasa SMA saja tidak membuatnya tergugah. Sama sekali tidak.
"Lo?" tanya Athala balik,
Arthur memasang wajah berpikir, dia memiliki pikiran untuk membuat Athala menjadi Presma kampus, karena itu dia bisa menjadi geng famous seperti dulu lagi, but Athala sudah berkata bahwa dia tidak menginginkan itu.
"Ada pikiran, tapi gak ada." jawabnya,
"Labil," tukas Athaya, "Dia pengen lo jadi Presma, biar dia famous. Paham gue mah," tambah Athaya, jawaban itu membuat Athala tertawa.
Arthur memang sudah sedari dulu begitu, terlihat seperti numpang tenar pada Athala. But, Athala rasa Arthur tetap akan menjadi famous meski dia tidak menjadi teman Athala.
"Malam ini hangout?" tanya Athaya,
"Kalau mau hangout, di rumah gue aja. Kosong, soalnya gue juga ngerjain tugas," sahur Athala,
"Rumah lo kan emang kaga ada siapa-siapa," jawab Arthur.
Kekurangan pertemanan mereka adalah toxic, beberapa kali memang hanya sebagai bahan candaan dan terkesan tidak menyakiti tapi tetapi kita bahkan tidak tahu apa yang Athalla pikirkan mungkin dengan atur berkata seperti itu memang kebanyakan menganggap bahwa pria itu hanya bercanda tetapi nyatanya Athalla merasa apa yang dikatakan oleh Arthur adalah benar. Sedari Dulu dia hidup sendiri tanpa kedua orang tua, kemudian dia sadar bahwa hidup sendiri Memang yang tidak menyenangkan dan kesepian.
***
athallah ingat saat dulu memiliki keluarga yang lengkap ayah, ibu, dan dirinya. hidupnya sangat bahagia seperti kebanyakan anak-anak seusianya sebelum masalah keuangan datang menimpa keluarganya. dia tidak tahu apakah Sebenarnya dia anak dari ayah dan ibunya yang dulu mengasuh dia atau kau anak dari kakak ibunya seperti kebanyakan rumor. berkali-kali atau sadar bahwasanya Sedari Dulu dia terus berbuat masalah adalah untuk menarik perhatian kedua orang tuanya, tetapi tidak ada satupun yang yang menyadari bahwa adalah hanya seorang anak yang sedang beranjak ke masa dewasanya.
***
cerita Athalla tidak jauh berbeda dengan yang dialami binar. Gadis itu sudah dilatih menjadi seorang penerus generasi ketiga Diamond Dark, menjadi satu-satunya perempuan yang diandalkan. sedari umur 5 tahun binar sudah diajarkan tata cara memanah, menembak, dan berkuda. tidak banyak yang tahu bahwa Binar memang sudah menggeluti dunia nya sekarang sedari kecil.
kedua orangtua Binar bahkan keluarganya mempunyai urusan lain yang mungkin saling bersangkutan, mereka hanya bertemu saat pemimpin utama mengadakan pertemuan keluarga dan di saat itulah Binar bertemu dengan keluarganya.
***
Sepulang dari kampus Binar langsung pergi ke apartemennya dia tidak pulang ke Mansions keluarganya karena di sana pasti sangat sepi dan tidak ada orang seperti rumah yang ditinggalkan, mungkin.
"Pulang juga gak bakal ada yang nyariin, di apartemen bosen, hangout gak ada temen."
Binar berjalan sepanjang jalan trotoar dengan tangan memeluk lembar lembar kertas keperluan kuliahnya. Binar mengambil mata kuliah psikologi dan sekarang menyelesaikan S2 di umur 20 tahun. Orang tuanya tidak pernah berurusan dengan kampus, semasa kuliah dari awal dia hanya mengurus dirinya sendiri. Keluarganya hanya mengirimkan uang ke rekening dan membayar uang sekolah agar pekerjaannya tidak terganggu karena kuliah. Bukankah kebalik?
Tiba-tiba telpon masuk, tertera nama Marcel disana.
"Hallo, ada apa. Tumben sekali kau menelpon?" tanya Binar,
'Aku hanya menunggu kau kembali, ada tugas menunggumu lagi. Sayang sekali kau tidak bisa keluar dari dunia orang tuamu'
Binar tertawa sumbang, "Em, kau bahkan lebih tau apapun tentang pekerjaan menyebalkan ini bukan? Kau tau aku tidak bisa pergi dari sini makanya kau selalu saja menimpakan pekerjaan berat padaku?" sahut Binar degan nada bercanda, tangannya membuka knop pintu apartemen.
'Kau dimana?' tanya Marcel.
"Baru sampai," jawabnya.
'Aku mengawasi Athala seperti yang kau suruh, dia tidak seperti Athala pada hari biasanya. Dia masuk tepat waktu, siang akan pergi ke kampus untuk belajar, jam setelahnya akan ke kantin, dan kembali masuk jika kelasnya tiba'
Binar tersenyum, "Lebih baik, banyak orang yang gila saat melihat aksiku." gumam Binar,
'Hm, kau benar. Banyak yang tidak bisa berdekatan denganmu kecuali kami'