Chereads / Veracious Hearts / Chapter 13 - Hanya Karena Gaun

Chapter 13 - Hanya Karena Gaun

"Kalau kamu bertanya siapa wanita tercantik di dunia ini, tentu saja jawabannya hanya ada dua orang di mataku, yaitu ibunda dan istriku."

***

Pagi-pagi sekali, kegaduhan sudah terjadi di ruang tamu. Bahkan Arthur yang baru bangun tidur itu langsung bergegas turun dengan tubuh yang berbalut piyama hitam. Meninggalkan Arina yang masih tertidur pulas di kamarnya.

"Hei, bisakah kamu memanggil tuanmu itu, Sir James?"

"Sudah saya bilang, Anda datang terlalu pagi, Nona Bella."

"Iya! Soalnya saya sudah enggak sabar mau melihat kecantikan Duchess saat mengenakan gaun ini!"

Arthur yang menatap dua orang itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ternyata kegaduhan ini disebabkan karena kedatangan Bella, pemilik Butik Emas yang membawakan langsung pesanan gaun untuk Arina.

Baru saja ingin beranjak kembali ke kamar, Bella menyadari kehadiran Arthur yang berdiri di ujung anak tangga. Wanita berkacamata itu langsung melambaikan tangannya heboh dan mengangkat tinggi-tinggi koper yang ia bawa.

"Haloo Duke Elderian! Saya datang membawa gaun untuk Duchess~!"

Arthur menghela nafas panjang. Meski Bella ini memang kurang sopan kalau sudah heboh dengan seseorang, tetapi Arthur juga harus memperlakukan Bella layaknya seorang tamu, bukan?

"James, siapkan teh dan camilan untuk Bella. Suruh dia tunggu dengan tenang di sana. Aku akan membangunkan Arina," ucap Arthur pada James yang masih berdiri di sebelah Bella.

"Baik, Tuan."

Bella mengangguk-angguk senang. Kemudian dia mengikuti James seperti seorang anak kecil yang diiming-iming permen. Sementara Arthur segera bergegas kembali ke kamarnya dan membangunkan Arina yang masih tertidur pulas.

"Arina, Bella sudah datang," ucap Arthur seraya menggoyangkan bahu Arina dengan pelan. Tapi yang dibanguni itu masih sibuk bergelut dalam dunia mimpi. "Arina! Arina! Ayo, bangun!"

"Ungh … iya-iya … kenapa Arthur?" tanya Arina yang masih mengantuk. Ia membuka kedua matanya dengan malas.

"Cepat bersiap. Bella sudah menunggumu di bawah," jawab Arthur seraya merapikan rambut Arina yang berantakan. "Dia sudah membawa sekoper gaun untukmu."

"Haaah?" Arina menatap Arthur dengan malas. "Aku ingin tidur saja …."

"Hei, jangan tidur lagi, Arina!!"

****

Setelah Arthur membangunkan Arina susah payah, akhirnya gadis itu beranjak mandi. Tak sampai satu jam, Arina sudah siap dengan gaun putih tipisnya untuk menemui Bella seorang diri karena Arthur tak bisa menemaninya pagi ini. Ada dokumen yang harus ia selesaikan katanya.

"Duchess!" seru Bella senang. Ia kembali menyalami Arina dengan semangat. "Wah, Anda sangat cantik hari ini. Saya merasa kecantikan Anda meningkat dari hari ke hari!"

"Terimakasih. Apa kamu selalu seperti ini pada pelangganmu, Bella?"

"Tidak! Saya bisa merasakan pancaran aura kecantikan yang tidak biasa! Sungguh saya yakin itu, Duchess!"

Arina hanya tertawa paksa mendengarnya. Pujian yang didengarnya pagi ini entah mengapa seperti ada motif terselubung di dalamnya. Pasti Bella akan memaksanya untuk mencoba beberapa gaun mewah lagi.

"Kamu sudah membawakan pesananku?" tanya Arina seraya mengalihkan pembicaraan.

"Iya sudah! Apa kita bisa mencobanya sekarang?" Bella sekarang tampak sangat bersemangat. "Aku akan menunjukkan karya terbaikku dan membuat Duke tak bisa berpaling darimu. Ahahahaha!"

Arina hanya tersenyum saja mendengarnya dan mengisyaratkan Bella untuk mengikuti langkahnya ke ruang ganti. Dalam hati ia pun tahu kalau Arthur tidak akan bisa terpana dengannya hanya karena penampilan.

***

"Waaahh! Lihat! Lihat! Anda cantik sekali, Duchess!" seru Bella sambil menunjuk cermin dengan heboh.

Arina mengerjap, menatap pantulan dirinya yang amat berbeda. Rambut pirang sepunggungnya itu dibiarkan terurai. Sementara tubuhnya itu telah diselimuti oleh gaun yang memiliki perpaduan warna biru dan putih. Gaun itu panjang hingga menyentuh mata kakinya dengan variasi kerah rebah scoop dan bagian sleeve tulip. Di bagian pinggangnya terdapat pita berwarna biru yang amat cantik dan pita kecil yang menghiasi ujung-ujung bawah gaunnya. Tak lupa Arina mengenakan sarungan tangan putih setengah lengannya sedari tadi. Ia tak membiarkan Bella mengetahui ukiran lambang ikatan sihir itu.

"Wow, hebat sekali," gumam Arina pelan. Ia mencoba berjalan satu dua langkah, kemudian mengangkat bagian bawahnya dan berputar. "Keren!"

"Mata saya memang tidak salah menilai kalau Anda ini memang orang yang cantik, Duchess!" seru Bella dengan puas. "Aku harus memanggil Duke untuk ke sini! Dia pasti akan terpana melihat Anda! Ahahahaha!"

Arina terkekeh pelan. "Kenapa kamu sangat ingin membuat Arthur terpana, sih?"

"Tentu saja karena Duke tidak pernah merasa kagum dengan buatan saya. Bahkan menurutnya para bangsawan yang telah saya dandani cantik jelita itu malah dianggap biasa saja!" renggut Bella dengan kesal.

Arina kembali terkekeh. Ia paham apa yang dimaksud Bella. Ia bisa membayangkan bagaimana perasaan Arthur yang menganggap semuanya biasa saja.

Tapi masalahnya, apakah Arthur akan terpana setelah melihatnya? Entah mengapa Arina tidak yakin.

Tok tok tok!

Bunyi ketukan pintu menyadarkan keduanya.

"Arina, kamu sudah selesai? Entah kenapa Bella memaksaku untuk melihatmu sekarang."

Rona merah langsung menghiasi pipi Arina. Diliriknya Bella yang sibuk tertawa penuh kemenangan. Pasti Bella sudah mengemukakan yang tidak-tidak dengan Arthur supaya bisa kemari.

"A-aku sudah selesai. Bella tolong—"

"Siap laksanakan, Duchess!"

Bella langsung membukakan pintu itu dengan semangat. Setelah pintu terbuka, tampak Arthur yang berdiri di depan pintu dengan datar. Kemudian ia masuk sambil menghela nafas lelah.

"Jadi Bella, mana yang—eh, Arina?"

Arthur bergeming ketika menatap Arina dengan balutan gaun barunya. Tatapannya terkunci, bahkan ia menatapnya tanpa berkedip. Istrinya itu terlihat sangat berbeda dari biasanya dan jauh terlihat elegan.

"Arthur? Kenapa kamu diam?" tanya Arina yang semakin malu. "Apa … aku tidak cocok dengan gaun ini?"

Arthur tersentak kemudian menggeleng pelan. Senyuman yang amat lembut terukir di bibirnya. Tangannya bergerak membelai pipi Arina dengan pelan.

"Enggak, justru sebaliknya … kamu cocok sekali. Kamu benar-benar cantik. Lebih cantik dari biasanya."

BLUSSSH!

"E-eh!?" Pipi Arina langsung memerah malu. Bibirnya terbuka, namun tak ada satu kata bantahan pun dari bibirnya.

"Ahahaha! Benar kan Duke akan langsung terpana melihat Anda, Duchess!" seru Bella dengan penuh bangga. "Akhirnya! Setelah bertahun-tahun mengenal Duke, aku bisa mendengarnya memuji seorang wanita cantik! Duh, bahkan aku sempat khawatir kalau sebenarnya Duke itu—"

"Bella." Suara Arthur terdengar sedingin es, bersamaan dengan sorot mata tajamnya yang amat menusuk, membuat Bella seketika bergidik kaget. "Ke-lu-ar."

"Hiii! Si-silahkan menikmati waktu Anda, Duke!"

Arthur menghela nafas lega ketika akhirnya Bella meninggalkan mereka berdua. Kemudian ia kembali beralih ke Arina. Akhirnya tak ada lagi yang mengganggu ataupun menyoraki keduanya.

"Apa kamu enggak terlalu dingin pada Bella?" tanya Arina yang kini tersenyum canggung.

"Enggak. Dia itu sangat berisik kalau udah heboh. Aku sampai malas mendengar omong kosongnya," ucap Arthur seraya merapikan anak rambut Arina.

"Jangan-jangan kamu memujiku cantik itu juga omong kosong?" tanya Arina sambil tersenyum paksa. "Aku tidak secantik itu kan, Arthur?"

"Tidak. Kamu itu cantik. Semakin cantik kalau mengenakan gaun ini," jawab Arthur seraya menatap Arina dengan intens.

Arina tak bisa melepaskan tatapannya dari sepasang iris mata hijau Arthur. Sorot mata yang mengungkapkan kejujuran. Ia tak menemukan setitik kebohongan di sana.

"Apa kamu suka memuji orang lain cantik?" tanya Arina pelan.

"Enggak. Wanita yang kupuji cantik hanya kamu, istriku dan ibundaku. Kalian adalah orang tercantik di mataku."

Ah, bagaimana hati Arina tidak semakin menghangat ketika suaminya ini memperlakukan layaknya permata langka?