"Akhirnya, dia menggunakan kartu terakhirnya," ucap Rain ketika ponselnya berbunyi.
"Tuan … jangan-jangan …"
"Ya," aku Rain. "Ini rencanaku sejak awal." Rain tersenyum miring. "Aku ingin menunjukkan padanya jika aku adalah satu-satunya orang yang bisa menolongnya. Meski … butuh waktu lama baginya untuk menyadari itu."
Rain lalu mengangkat telepon dari Jeanna itu dan berbicara dengan nada dingin, "Berani sekali kau meneleponku di jam selarut ini."
"Ma-maaf, Pak … tapi … situasi saya saat ini …" Gadis itu berhenti berbicara dan menarik napas dalam. "Saya butuh bantuan Pak Rain. Saat ini … saya tak punya siapa pun selain Pak Rain."
Rain tak bisa menahan senyum mendengar itu. Tentu saja. Gadis itu seharusnya menyadarinya lebih awal, tentang betapa pentingnya kehadiran Rain di hidupnya. Cih!
"Ada apa?" tanya Rain, masih dengan nada tak ramah.