Aku lelah berdebat dengan nenek. Bahkan sepagi ini, saat hati dan pikiranku masih di kuasai rasa takut sejak semalam tadi.
Ingin rasanya, andai saja aku punyai kekuatan hati tanpa memikirkan kondisi kakek dan nenek yang selalu saja memberikan ancaman ketika aku jauh dari mereka dan itu akan membuatku merasa bersalah.
Aku meninggalkan Marco yang masih tertidur dengan pulas di kamar. Aku pergi keluar dari rumah entah akan pergi kemana nantinya.
Dan pada akhirnya, aku tetap berhenti di sebuah tongkrongan kafe shop di sisi jalan cukup jauh dari rumah. Ya, aku tidak tahu harus pergi kemana lagi.
Rasa lapar dan haus membuatku ingin berhenti di sini saja. Lantas aku memesan sepotong roti dan secangkir teh susu untuk mengisi perutku.
Aku menikmatinya seorang diri, lalu kemudian seorang lelaki melewatiku dan menjatuhkan dompet tepat di depanku.
"Tunggu!" kataku pada lelaki itu.
Dia menoleh dengan kebingungan melihat sekeliling.