Malam telah tiba, aku yang sejak tadi mondar mandir menahan gelisah dan rasa takut yang teramat dalam setelah melihat dua garis pada alat tes kehamilan itu. Menunggu Deddy serasa tidak sabar lagi untuk sampai di rumah. Begitu Deddy sampai di depan halaman rumah, aku mendengar jelas suara motonya dan segera aku keluar kamar untuk menemuinya.
"Sayang," aku hendak bicara langsung namun menghentikannya sejenak dan menatap wajah Deddy dengan kedua mata berkaca-kaca hingga membumbung.
Deddy langsung saja meraih kedua tanganku ke dalam genggaman tangannya. "Aku akan bertanggung jawab, aku tidak akan meninggalkan mu. Aku akan…"
Aku terkesiap mendengar apa yang dia katakan, seolah dia sudah mengetahui ini akan terjadi padaku yang bodoh ini. Segera aku mendorongnya dari pelukanku, tatapanku mungkin sudah berubah kesal padanya saat ini. "Jadi, kau sudah tau apa yang akan terjadi padaku saat ini?" tanyaku dengan bibir gemetaran. Rasanya amarahku sudah memuncak sampai ubun-ubunku.