Aku benar-benar melakukan apa yang Nisa minta padaku. Tadinya aku masih ragu melakukannya, tetapi setelah baru saja aku mendapatkan kabar buruk dari Nisa yang tengah di rawat di rumah sakit karena dia menghukum dirinya dengan menolak makanan dan minuman yang harus dia jadikan kewajiban untuk menunjang kesehatannya.
Akhirnya setelah 24 jam mengirim pesan pada Huzin baru lah dia merespon pesanku. Aku sedikit gugup tapi aku harus bisa membuatnya tergoda padaku seperti yang Nisa inginkan.
"KAu Amelie sepupu Nisa bukan?"
Tanya Huzin melalui pesannya padaku.
Aku sedikit gemetar namun aku harus melakukannya. Aku segera menelponnya, meski entah bagaimana aku harus memulainya untuk bicara.
"Halo…" sahutnya seketika merespon panggilan teleponku.
"Hai, kau sedang sibuk?" tanyaku padanya mencoba lebih akrab.
Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi tapi jika mengingat bagaimana awal kami berjumpa aku memang menilainya bukanlah lelaki yang benar-benar baik.