Benar saja, setelah satu minggu berlalu, baru lah aku mengatakan dengan jujur pada kakek dan nenek bahwa kini aku sudah menjadi pengangguran.
"Apa kau tidak malu?" tanya kakek padaku setelah aku jujur padanya.
Aku mengernyit. "Malu? Untuk apa aku malu?"
"Kini kau bukan lagi menjadi wanita tua yang tak kunjung menikah, tapi kau juga menjadi pengangguran."
Hah, rasanya sangat sakit mendapatkan perlakukan seperti ini dari kakekku sendiri.
"Kek, apa kau sudah berpikir bagaimana perasaanku saat ini?"
"Apa? Apa? Apa lagi?" bentak nenek padaku.
Kakek dan nenek menjadi jauh lebih kasar dan mudah marah padaku setelah aku menolak perjodohan yang selalu dia lakukan.
"Kau harus segera menikah!" bentak kakek padaku.
"Kek, apa kakek pikir menikah itu mudah? Aku tidak mau menikah hanya karena paksaan, aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku cintai."