Setelah malam kian larut Haris barulah berpamitan untuk pulang. Aku mengantarnya ke teras dan setelah sejak tadi kita saling berbincang, aku merasa dia orang yang baik. Terlepas dari itu, dia bahkan dalam sekejap sudah mulai akrab dengan kakek dan nenekku di awal pertemuan mereka.
"Aku pulang, terima kasih malam ini. Aku senang bisa mengobrol dengan mu dan kakek nenek mu cukup lama."
"Hem, kau memang dasar pemaksa. Mana bisa aku menolak dan mengusir mu pulang jika kau terus mengadu pada kakek dan nenek seperti tadi."
Haris tersenyum sangat manis lantas mengacak rambut di kepalaku. Tentu saja sontak aku reflek seketika dan menjauh dari hadapannya.
"Aah... Maaf, aku terbawa suasana hati."
Kau mengerjapkan kedua mataku mendengar apa yang dia ucapkan. "Apa maksudmu?" tanyaku lirih pada Haris.
Haris tertegun lalu mengulas senyumannya padaku. Aku pun membalas senyuman Haris dengan ragu-ragu, apa maksudnya tadi bicara seperti itu?
"Aku pulang ya," pamitnya lagi.
