"Haris, kamu ini aneh!" ujarku segera saat Haris sudah berdiri di teras.
Haris masih saja tersenyum padaku, kini lengkungan di bibirnya kian melebar menatapku. Kuperhatikan dari dekat wajah Haris memang sangat tampan dan juga manis, sepertinya dia juga sangat friendly. Dia tampak selalu santai meski aku selalu bersikap dingin padanya.
"Cho bilang rumah mu berdampingan dengan nya maka itu aku langsung saja kemari karena kau mematikan panggilan teleponku begitu saja."
"Hah… Chot, kau menyebalkan!" balasku dengan menghempaskan napasku.
"Amelie, apakah kau benar-benar marah padaku? atau kau membenciku?"
Untuk sejenak aku melihat wajah Haris, dia menatapku lekat sehingga aku segera memalingkan wajahku dari tatapannya itu. Sungguh, aku merasa darahku terus berdesir hebat dan kurasakan hawa panas mulai menyibak sekujur tubuhku.
"Aku…"
"Amelie, kau bicara dengan siapa?" tanya nenek yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah.