"Apa kau sungguh serius, Riyan? Kau…"
"Aku serius, Ranti. Yah, meski tadinya aku datang kesini bukan untuk terjebak dalam masalah ini. akan tetapi, mengetahui kondisimu saat ini, aku tidak ingin berpikir panjang lagi. Aku harap kau tidak menolakku." Aku memberikan jawaban untuk meyakinkan Ranti akan apa yang aku katakan tadi di depan kedua orang tuanya.
Sampai saat ini dia terlihat masih terkejut dan tidak percaya, dan aku sudah terlanjur mengiyakan di depan semuanya. Kedua orang tua Ranti baru mengizinkanku berbicara secara tatap muka berdua bersama Ranti setelah aku mendatangakan kedua orang tuaku malam ini juga.
Ini memang terdengar konyol, tapi jika aku pikirkan semuanya terlihat kebetulan dan mudah di jalani seolah memang Tuhan sudah mentakdirkan ini semua dengan cara seperti ini.
"Kau sudah mendatangkan orang tua mu malam ini juga dan bertemu kedua orang tuaku, jadi mana mungkin aku akan menolak mu untuk menjadi suamiku?"