Aku benar-benar tidak lagi memiliki perasaan pada Riyan. Semua musnah setelah aku dan Agung sering bertemu dan sering bersama.
"Amelie, ada apa? Apa kau marah padaku?"
"Riyan, aku... Ah, aku minta maaf padamu atas permintaan konyolku padamu untuk Ranti."
"Amelie, ayolah... Aku sudah melupakan hal itu, aku datang kesini karena aku merindukanmu. Beberapa hari ini kau selalu sibuk dan jarang membalas pesanku. Apa kau berusaha menghindariku, Amelie?"
"Aku sibuk!"
"Sibuk apa? Bukankah kau hanya diam di rumah saja kata kakek dan nenekmu?"
"Apa kau pikir setelah di rumah saja aku tidak memiliki kesibukan lain?" bantahku sambil menatapnya.
Riyan terdiam sejenak menatap wajahku. "Kau berubah, Amelie. Ada yang berubah darimu."
Aku menaikkan satu alisku, menatapnya heran akan ucapan yang dia lontarkan padaku.
"Bisakah kau pulang saja? Aku sangat lelah dan ingin segera pergi tidur." tanpa menjawab pertanyaan Riyan aku langsung saja mengusirnya.