Angga yang menatap Indira masih mematung jauh di depannya itu merasa tak tega, ditambah dia yang masih ada terselip rasa cinta kepada gadis itu, sisa cintanya ketika masa SMA yang ditolak oleh Indira, meskipun belum pernah memenangkannya selama ini, dia sudah mencoba menjalin cinta dengan beberapa gadis, namun harus kandas dan kandas lagi dengan kekecewaan bagi Angga. Karena dirinyalah yang selalu ditinggalkan oleh mantan-mantannya itu.
Angga dengan perlahan melangkahkan kakinya hendak mendekati Indira. Aliyah yang berada disampingnya mencoba menggerakkan tangan dan jarinya untuk menyahut ujung kaos Angga, seakan berkata ... jangan kesana mas Angga, ternyata lewat juga karena Angga sudah lebih dulu melangkah ke depan. Saat ia sudah disamping Indira, dia mencoba merengkuh bahu Indira dengan tangannya. Indira sedikit merasa kaget, namun ia jujur untuk saat ini membutuhkan sandaran dan pelukan dari orang-orang dekatnya. Ia menganggap Angga sudah seperti kakaknya, apalagi Ferdian bersahabat dengan Angga. jadi ia pikir tak masalah jikalau sejenak menyandarkan segala beban di dadanya kepada Angga.
Angga terseret oleh memory ketika hari itu, hari kemarim dimana Indira sangat syok akan apa yang ia lihat dari chat masuk di Handphone nya. Foto tak senonoh itu. Indira sempat menangis hebat lalu tak kuasa yang berakhir dengan tragedi dia pingsan di tokonya itu. Angga yang kaget segera membopong tubuh Indira untuk segera ia bawa ke Klinik terdekat, tentu dengan mengendarai Grub car. Agar gadis cantik yang sedang luka bathinnya itu segera mendapatkan penanganan. Ia dan Aliyah menjaga Indira sampai dia siuman, sampai keluarganya datang. Ia juga teringat moment tatkala Mama Indira ada keperluan penting sehingga meminta Angga untuk menjaga Indira, dia teringat moment yang bagi Angga sangat berkesan dan menambah rasa Angga yang menjadi makin berbunga-bunga saat ia dengan telaten dan perlahan menyuapi Indira yang sedang lemah akibat baru siuman, sedangkan Aliyah harus segera kembali ke Toko Anaya collection itu untuk menjaga tokonya, apalagi dinding kacanya sudah pecah oleh lemparan Indira yang tiba-tiba itu. Bukannya Angga tertawa diatas penderitaan gadis cantik ini, namun Angga merasa akan ada secerca harapan bisa masuk ke dalam hati Indira karena Ferdian yang dengan kejam menyakiti gadis itu.
Ia berniat akan mengobati luka hati gadis berambut panjang itu, serta ingin menggantikan posisi Ferdian dihatinya. Untuk selalu menyayangi dan menjaganya sampai kapanpun.
Sungguh Angga tak pernah menyangka jika Ferdian akan pulang dan membawa ke-Naasan seperti sekarang ini, ia kira Ferdian dengan sengaja berselingkuh dan bercinta dengan gadis lain yang Ferdian cintai di Singapura, ternyata itu hanya sebuah jebakan! yang artinya harapan yang mulai ia kira tumbuh. Mungkin akan sirna sekarang juga, karena dari bahasa tubuh Indira seperti masih tak rela kehilangan lelaki tampan yang dicintainya itu. Apalagi kondisi Ferdian yang pastilah sangat parah. Indira takkan mungkin tega meninggalkannya, sesakit apapun dirinya. Pasti ia tetap menemani Ferdian sampai lelaki itu sembuh.
Sungguh Angga mengembus kekecewaan yang dalam terhadap alur hidupnya. Ia merasa betapa beruntungnya Ferdian memiliki gadis yang sangat setia dan mandiri itu, tidak seberuntung dirinya yang meskipun selalu berusaha setia kepada cewek-ceweknya yang lalu, tetap dirinyalah yang dikecewekan mereka. Ia berharap Indira mau membuka hati untuknya, namun ia tak yakin untuk saat ini.
Indira terus terisak-isak masih belum mampu menghentikannya dengan masih dalam dekapan Angga. Tak berselang lama terdengar langkah beberapa kaki yang berlarian tergopoh-gopoh semakin lama semakin mendekati mereka. Ternyata yang berlarian itu adalah keluarga Ferdian yang baru datang, Papa, Mama, kakak dan kakak ipar Ferdian sudah berada di belakang mereka. Angga melepaskan dekapannya kepada Indira.
"Apa yang terjadi dengan Putraku?!!" Tangis Mama Ferdian pecah dan dengan suara yang meninggi.
"Apa ada yang bisa jelaskan ini?!!" Teriaknya lagi bersamaan dengan tangisan memilukan seorang Ibu yang tak mau kehilangan anaknya.
Indira makin terisak tak mampu berkata-kata, ia harus cerita apa dan harus memulai darimana?. Angga dan Aliyah juga menatap tajam dan kelu untuk mengungkap harus mengatakan apa?.
"Kenapa kalian semua diam?! Apa ada yang
bisa jelaskan ini?!!" Ulang sang Mama.
"Indira!!! apa kejadian ini ada hubungannya denganmu?!" Mama Ferdian mendekat ke arah Indira yang juga masih menangis dengan tatapan sinis setengah menuduh.
"Sa ... saya bisa jelaskan semua tante," Ucap Aliyah seraya berjalan mendekati Mama Ferdian. "Saya tahu semua dan yang menyaksikan ini, Indira malah tidak tahu. Dia datang belakangan tante," tambah Aliyah sedikit berbohong demi menyelamatkan Indira dari tatapan kebencian Mama Ferdian dan juga keluarganya yang seakan-akan langsung menyalahkan Indira, mungkin karena dia adalah kekasih dari anaknya.
"Saya juga tahu semuanya, Tante. Saya dan Aliyah yang berusaha mengejar Ferdian untuk mencegahnya tadi" Angga turut mengungkapkan alasan.
"Okey, jelaskan semua, kita duduk disana saja" Mama Ferdian menunjuk tempat duduk ruang tunggu yang berhadap-hadapan. Mereka semua segera menuju kesana, kecuali Indira yang masih mematung disitu.
"Indira, kamu disini saja, kalau Suster atau dokter keluar beritahu kepada kami" Pamit Mama Ferdian kepada Indira. Indira menjawab pelan sambik menganggukkan kepalanya. Memang hubungan Indira dengan keluarga Ferdian kurang mendapat sambutan yang hangat, Indira dirasa kurang pantas untuk dijadikan kekasih Ferdian yang dimata keluarga sangat sempurna, keluarganya mengharapkan gadis yang lebih dari seorang Indira untuk menjadi calon menantu di rumahnya, tapi apalah daya. Ferdian sangat-sangat mencintai gadis ini. Berulang kali mengakuinya dihadapan keluarganya, jadi pertemuan mereka terlihat sangat kaku, Indira serba salah, hendak menyalami atau memeluk Mama kekasihnya itu, tapi merasa takut karena sikon yang seperti ini, ditambah tadi Mamanya berteriak meledak-ledak terlebih dahulu. Akhirnya ia memilih terdiam dan masih berdiri di depan kamar dimana Ferdian berbaring dalam penanganan medis di dalam ruang itu.
Aliyah dan Angga menceritakan semuanya detail tak bersisa, mulai dari akar permasalahan tentang foto vulgar itu agar keluarga Ferdian memahami yang telah terjadi. Bahwa sama sekali bukan kesalahan Indira, bahkan Indira telah berusaha melepaskan Ferdian dan memutuskannya. Ternyata inilah yang terjadi, keluarga Ferdian harus tahu bahwa putranya lah yang sangat mencintai Indira sehingga mencelakakan diri sendiri karena diputuskan oleh Indira. Mereka harus bisa membuka mata, kalau Indira ini bukanlah gadis yang memanfaatkan keadaan atau kekayaan Ferdian, tapi sungguh-sungguh mencintai karena hati. Sehingga terjadi perselingkuhan, Indira tak segan-segan melepaskan lelaki itu, putranya. Mama Ferdian berulang kali tampak menggeleng-gelengkan kepala seakan tak percaya akan apa yang dialami oleh putranya itu, dan hanya demi menebus kesalahannya agar tidak ditinggalkan oleh Indira. Dia harus melakukan hal yang senekad ini.