Begitu indah yang dirasakan insan yang sedang dimabuk cinta. orang mengatakan demikian, hari akan terasa cepat berlalu jika selalu diisi dengan cinta dan orang terkasihnya, begitu pula yang dirasakan oleh Indira, dia merasakan semakin hari semakin cepat berlalu meskipun setiap hari selalu bertemu, Sore itu benar-benar ia nantikan kehadiran pangeran cintanya itu, dia dan Aliyah yang jaga bersama dari pagi khusus sabtu dan minggu itu segera berusaha membereskan tugas-tugas mereka lebih awal agar cepat selesai dan bisa ditinggal jalan-jalan sesuai rencana. Cek stok, menghitung uang dan nota penjualan, menata display semua pakaian dan mengecek barang keluar dan masuk hari ini.
Indira merasa sudah menyelesaikan tugasnya, ia segera keluar toko untuk memesan es Bubble yang di jual di toko sebelahnya.
Ia memilih menunggu sambil duduk diluar dan meminum es bubblenya. Suasana sore yang cerah nan indah seindah suasana hatinya, langit yang tampak jingga dari kejauhan, mentari hendak bersembunyi namun terbias oleh sinarnya yang tersorot dengan cantik. Langit-langit yang ia tatapi dengan hiasan burung-burung menari mengepakkan sayapnya kesana dan kemari, semua sangat sempurna dipandang mata. Indira yang tak melupakan selalu menyemaikan senyumannya dikala itu.
Benarlah sang pangeran telah datang menghampiri setelah sekian saat dinanti-nanti. Seperti biasa pelukan hangat dan cium pipi menjadi rutinitas jika mereka bertemu.
Ferdian langsung masuk ke toko hendak mandi dan berganti pakaian, melihat Indira yang sudah tampil cantik memikat. Pertanda ia sudah siap berangkat berkencan bersamanya juga Aliyah dan Angga sesuai rencana. Mereka semua memang sepakat untuk tidak pulang ke rumah, jadi sudah siap dengan pakaian ganti agar menghemat waktu yang ada, jika harus pulang dulu ke rumah masing-masing baru janjian ketemuan lagi akan sangat-sangat memakan waktu.
Mereka bertiga sengaja mandi dan menyiapkan acara malam minggunya nanti di toko Anaya ini. Hanya tinggal menunggu Angga yang berjanji akan datang menyusul ke tempat ini.
Mereka siap meluncur dan mengunci toko indira setelah Angga yang telah ditunggu itu datang. Mama Indira akan segera menyusul untuk melanjutkan tugas di toko, karena sebelum berangkat, Indira sudah memberi kabar lewat chat WA ke Mamanya itu, jadi mereka langsung saja berangkat menuju alun-alun sidoarjo untuk menghabiskan waktu di keramaian pasar malam yang tidak selalu ada itu. Hanya beberapa waktu Pasar malam akan ada dan biasa juga berpindah-pindah lokasi, tergantung sikon dan eventnya.
"Ayo kita makan dulu mas?, bakso dan mie ayam Solo itu menggugah seleraku" bisik Indira kepada Ferdian di telinganya dan masih dalam posisi memeluk erat pinggang Ferdian di atas motornya, setelah ia memasuki arena pasar malam yang belum terlalu ramai karena jam masih menampakkan waktu sore hari. Berbeda bila gelap malam sudah menyentuh, suasana barulah akan mengundang hiruk pikuknya pengunjung yang berjubel memasuki.
Angga yang terlihat dibelakang membonceng Aliyah juga nampak hanya mengikuti saja dimana Ferdian menghentikan laju motornya dan membelokkan pada tenda penjual Bakso Mie Ayam Solo.
"Hayuk makan dulu ya?" Ferdian melambaikan tangan kepada Angga dan mengajak masuk ke warung tenda yang berada di dalam arena pasar malam itu. Mereka menunggu hidangan itu tersaji sambil mengobrol, Ferdian yang menggoda dan merayu Indira sambil tertawa-tawa. Tampak pula Aliyah dan Angga yang mengobrol berbincang ringan untuk saling mengenal dan mengingat kembali karena memang dulu satu sekolah, Angga pun pernah menjadi kakak pembina pramukanya.
"Humm ... gimana nih langsung saja yuk jalan masuk sambil lihat-lihat disana." Ucap Ferdian.
"Aku mas mau naik bianglala nanti, sudah lama enggak naik keranjangnya itu, seru pas berada diatas" Indira mengutarakan keinginannya dan Ferdian mengiyakan.
Mereka berkeliling-keliling dengan berjalan kaki, setelah para cowok memarkirkan motornya masing-masing di tempat parkir yang tersedia. Pemandangan sekitar mulai meramai. pengunjung berdatangan untuk segera menikmati suasana pasar malam ini, ada banyak permainan didalamnya. ada Komidi putar kuda, bianglala, ombak banyu, tong setan, rumah hantu, mobil kecil aki, sewa untuk anak-anak, kereta api mainan yang bisa di naiki, pokoknya banyak pilihan permainan yang tidak menguras kantong untuk bersenang-senang, di tambah aneka makanan dan minuman yang banyak dijajakan di stand-stand yang menggoda para pengunjung untuk membelinya. Murah meriah! itulah yang dicari Indira. Dia menggandeng dan menggeret segera Ferdian untuk menaiki bianglala kesukaannya itu.
"Ayo mas, suka antri, nanti lama enggak naik-naik" Indira sembari melonjak-lonjakkan kaki karena sudah tak sabar. Ferdian tersenyum membalas tingkah ceweknya ini. Setelah operator bianglala menerima lembaran uang untuk mereka berempat naik bianglala itu, dua orang-dua orang dalam satu keranjangnya, jadi Ferdian satu ruang dengan Indira, sedangkan Angga dan Aliyah berada di ruang lainnya. Betapa bersinar hati Indira terpampang nyata dari sinar matanya yang berbunga-bunga sangat senang dengan acara malam minggunya ini. Dia terus menggandeng tangan Ferdian tak mau melepaskannya, seperti anak kecil yang tak mau kehilangan Ayahnya. Duduklah mereka berdua berdampingan karena bianglala akan siap dioperasikan. Bianglala akan memutar searah jarum jam dari bawah keatas, akan terus berputar sampai batas waktu yang ditentukan operatornya, mereka sepakat berapa lama pada waktu membayar tadi. Ketika bianglala berada di puncak paling tinggi, Indira sangat antusias dan berbahagia.
"Mas, coba lihat! indah sekali dilihat dari atas, semua tampak indah dari sini" ucap dia sambil meletakkan kepalanya di bahu Ferdian, lelaki itupun mengusuk-ngusuk rambut Indira gemas.
"Kamu senang Ra?"
"Sangat Mas, apalagi sama kamu berduaan begini" ucapnya.
"Aku ada kejutan buatmu, kamu pasti makin senang" sambil merogoh tas selempang dada yang ia pakai, Ferdian mengeluarkan selembar kertas, "lihat apa ini?."
Indira langsung membaca detail isi lembaran kertas itu, wajahnya seketika berubah ekspresi ... diam dan tampak berfikir, dia sabet kertas itu untuk dia tamatkan tajam-tajam ke matanya, dia menggeleng kepalanya.
"Kamu ditunjuk mengikuti pertukaran pegawai ke Singapura mas?" Tanyanya bergejolak.
"Iya, kamu suka kan? karirku mulai dilirik oleh perusahaanku, dengan begini suatu saat nanti aku bisa ajak kamu juga kesana, bahkan kita bisa ke Luar negeri mana yang kamu suka, diawali dengan Singapura ini, hebatkan cowokmu ini?" Sahut Ferdian dengan rasa bangga. Indira yang masih melongo seakan tak percaya, tiba-tiba menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kenapa sayang? kamu tidak suka?"
"Bukan begitu, tapi aku takut mas ..."
"Takut kenapa? ini hanya tiga bulan saja, setelah itu aku kembali lagi ke Indonesia"
"Aku tak pernah jauh darimu, aku tak berdaya bila kamu tidak disisiku mas, aku enggak akan sanggup sendiri disini tanpa kamu Mas" Beber Indira mengungkapkan suara hatinya dengan mata yang berkaca-kaca, Ferdian segera menenangkan dan mengelus pipi Indira.