Dewi tidak berani bergerak, membiarkan napas panas Derry berkeliaran di sekitar leher sensitifnya, dan rasa sakit yang tak terkatakan melanda hatinya. Pada saat berikutnya, Derry membanting bibirnya lagi, dan ujung lidahnya yang basah dengan terampil mendorong mulutnya masuk. Rambut hitam legam Dewi tergantung pada mereka berdua, dengan nakal menggaruk dadanya di baju Derry. Ujung lidah liciknya membawa nafas maskulin yang kuat dan liar ke arah Dewi, tetesan air mata panas mengalir di wajah porselen putihnya seperti mutiara yang pecah, dia tidak tahu mengapa dia hanya menangis, hanya setelah mendengar kata-kata Derry, kesedihannya tidak lagi bisa tertahan.