Pulang dari kantor polisi aku dan Habib memutuskan untuk ke rumah Bu asma, sekedar menjenguk dan melihat kondisinya sekarang.
Aku tahu beliau tinggal sendirian, maka dari itu aku berniat untuk membawakannya sedikit beras dan beberapa lauk untuk kebutuhan sehari-harinya. Mungkin aku juga akan membawakan beberapa liter minyak dan juga gula.
Rumah Bu asma memang sedikit lebih jauh, karena letaknya dekat dengan pesantren tempat Umar sekarang tinggal.
Rumah papan ini terlihat sepi, sama seperti biasanya. Aku Ketuk pintu beberapa kali dan keluarlah seorang wanita paruh baya dengan ciput rajut di kepalanya.
"El? Ayo masuk kita duduk di dalam," ajak Bu asma setelah melihatku dan Habib berdiri di depan pintu.
Kukira rumah ini sepi, karena memang Bu asma sedang sendirian. Tapi ternyata tidak, seorang lelaki dengan baju taqwa keluar dari arah dapur ketika aku dan Habib baru saja membanting pantat di kursi kayu ruang tamu.