"Cepat panggil dokter, jantung ayah kumat!" seru bang Fahri menitah Habib.
Kekhawatiran melanda hati ketika mengetahui ayah terkena serangan jantung. Ini semua pasti karena dia sudah marah-marah pada Umar yang mengakibatkan jantungnya kambuh. Semua orang panik, ayah di kerumuni semua anggota keluarga kecuali aku yang harus tetap bersama Azka.
Air mata ini menetes melihat lelaki hebatku terkapar di lantai. Jenggotnya yang putih ikut menyentuh dinginnya lantai, serta tubuh sedikit gempal itu terkulai lemah tanpa ekspresi.
Habib datang setelah pergi entah kemana dengan membawa seorang dokter pria. Semua orang sibuk mengurus ayah yang dibawa entah keruang rawat mana. Aku masih duduk di bangku didepan ruang UGD sambil memeluk Azka yang berdiri di depanku. Air mata ini mengalir tanpa diminta, adakah cara untuk menghentikannya?
'Ya, Allah. Jangan kau biarkan ayahku kenapa-napa. Semoga dia baik-baik saja dan selalu sehat.' Do'aku sambil memejamkan mata.