Kubuka mata perlahan dan mendapat wajah tampan Habib tepat ada di atas kepalaku. Suara dengkuran halusnya terdengar masih sangat nyenyak, aku jadi tak sampai hati untuk membangunkannya. Perlahan, kusingkirkan tangannya yang memeluk pinggangku.
"Setelah kita bercerai nanti, aku pasti akan sangat merindukan pelukan dan suara dengkuranmu, Mas ..." lirihku sambil meneteskan air mata.
"Aku tidak akan bisa lagi menangis di dada ini, aku pasti akan sangat merindukan nasehatmu."
"Meski aku tidak mencintaimu, tapi aku sama sekali tidak ingin bercerai darimu, Mas. Jika saja aku punya pilihan lain, aku tidak akan memilih perceraian ini. Semua kasih sayang dan perhatian yang kamu berikan selama ini, sudah cukup memberikan kenyamanan padaku. Satu hal yang perlu kamu ketahui, Mas. Aku sayang kamu," lirihku berderai air mata.