"Baiklah, kuberi kamu waktu dua minggu untuk membicarakan ini dengan Habib."
Aku sontak menatap Umar setelah dia berkata demikian. Apa aku tidak salah dengar, dua minggu?
"Dua minggu?" tanyaku masih tak percaya dengan apa yang kudengar.
Umar mengangguk. "Tidak, dua minggu terlalu singkat. Aku tidak bisa melakukannya dalam dua minggu," protesku.
Empat belas hari akan terasa begitu singkat bagiku. Apalagi untuk menyampaikan berita besar semacam ini, akan lebih singkat. Belum lagi kesulitan yang harus kuhadapi saat bicara pada Habib, itu pasti sangat sulit. Bicara masalah perceraian tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi usia pernikahan kami masih sangat muda.
Rasanya empat belas hari itu masih kurang. Hatiku bahkan tidak siap untuk mengatakan itu ataupun menerima reaksi Habib yang entah bagaimana reaksinya nanti.