Ekspresi khawatir semua orang terlihat jelas saat dua puluh menit yang lalu. Di depan ruangan bertuliskan UGD kami semua menunggu Umar. Azka menangis tersedu-sedu melihat bercak darah di baju gamis yang aku kenakan, dia juga kelihatan syok karena kejadian tadi.
Acara syukuran jadi terhambat atau mungkin lebih tepatnya tidak bisa di selesaikan dengan rencananya yang seharusnya. Anak-anak panti asuhan terpaksa di pulangkan setelah kami semua ke rumah sakit. Suasana gelisah menyelimuti semua orang. Bunda duduk berdiri sejak tadi, Farida mondar-mandir, bang Fahri sibuk mengelus dagu yang tak berbulu, mbak Anisa menenangkan Azka yang masih sesenggukan, sementara aku dan Habib duduk berdampingan dalam diam.
Aku menarik napas berulang kali saat Habib diam. Apa yang tengah dia pikirkan? Menjadi pertanyaan besar dalam benak ku.
"Ayah mau ke toilet dulu, kalian jangan kemana-mana," pesan ayah sebelum dia pergi menunaikan hajatnya.
"Aku juga mau ke toilet," kata Habib.