Habib berlari dengan tergesa-gesa menghampiriku yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan Farida. Dia juga menggandeng Azka bersamanya, mereka terlihat panik begitu mendengar kabar bahwa Farida terjebak di apartemen dengan keadaan tabung gas yang bocor.
Bahkan Azka yang masih terlihat sembab matanya sehabis menangis pun di paksa berlari karena saking paniknya. Hal pertama yang Habib tanyakan tentunya tentang bagaimana kondisi Farida.
"Dia baik-baik saja, tapi dokter bilang kandungannya cukup lemah," jawabku.
"Azka mau lihat ammah Farida," pinta Azka pula.
Kupersilahkan dia masuk sementara aku menarik Habib untuk bicara empat mata di salah satu koridor yang sepi. Suasana ini tentunya sudah tidak asing lagi, dan hal penting ini harus kusampaikan pada Habib sebelum semuanya terlambat.
"Ada apa, El? Mas ingin melihat keadaan Farida juga," protesnya ketika aku menarik dia menjauh dari ruang pemeriksaan.
"Ada hal yang jauh lebih penting dari pada itu sekarang."