Sudah Habib katakan sebelumnya, bahwa tidak akan ada gunanya bicara pada orang yang menutup telinga. Farida tetap tidak mendengarkan kami dan memilih untuk pergi. Tapi belum sampai lima langkah dia berjalan, mendadak dia mengeluh sakit perut sampai terduduk di tanah sambil memegangi perutnya.
Khawatir, aku pun menghampirinya sambil ikut berjongkok di sebelahnya. Kutanya, dia kenapa dan apa yang dia rasakan. Dia hanya diam, meringis sambil memegangi perut.
"Sudahlah, El. Lebih baik kita kembali ke dalam, untuk apa kita peduliin dia lagi? Dia juga tidak peduli dengan dirinya sendiri," celetuk Habib membuatku menoleh bingung.
"Mas, tapi ini—"
"Dia hanya pura-pura, lagian tidak biasanya dia sakit perut seperti ini. Sudahlah, jangan terlalu khawatirkan dia," sela Habib lagi.