Lima menit berlalu dan hanya kami lewati dengan mulut tertutup. Tidak ada satupun di antara kami yang memulai percakapan meski hanya duduk berdua di kantin rumah sakit di jam kerja. Kami berdua duduk berhadapan dengan segeleas teh di depanku.
Sebenarnya aku tidak mau menunggu terlalu lama, tapi Habib membuatku benar-benar ingin meremas wajahnya sekarang. Untung saja aku masih bisa mengendalikan diri, karena jika tidak maka meja ini sudah kugebrak sejak tadi.
Suasana kantin rumah sakit memang sedikit sepi kala itu, karena jam makan siang sudah lewat dan para petugas kesehatan sudah kembali bertugas. Masih ada beberapa orang, sih tapi tidak banyak dan kami duduk di pojok kantin, hanya berdua saja.
"Kamu mau bicara atau kita tidak perlu bicara lagi sampai selamanya?" tanyaku pada Habib setelah jengah menunggu.