"Mas. Sebenarnya apa, sih arti diriku dimatamu?"
Tidak adanya jawaban dari Habib membuatku yakin kalau diriku tidaklah berarti dimatanya. Aku tersenyum miris lalu melangkah turun ke bawah tanpa mempedulikan teriakan Habib dari atas tangga.
Dia berusaha turun dan mengejarku, tapi rasa sakit di perutnya akibat pukulan juga menghambat langkah dan akhirnya dia hanya bisa mengerang kesakitan. Jangan bilang aku tak peduli, karena sejatinya aku khawatir terhadapnya. Tapi lihatlah siapa wanita yang ada di sebelahnya, dia bahkan sudah lebih siaga dari pada aku yang sekarang dalam kondisi sakit seperti ini.
Aku pergi keluar, niatnya ingin jalan-jalan untuk menikmati suasana siang yang sedikit mendung ini, lumayan mendung tapi masih ada cahaya matahari yang tertutup awan. Oke, mulai sekarang sebaiknya aku lebih tahu diri, karena memang niat awal Habib menikahi Aisyah adalah untuk mewujudkan impian mereka agar bisa hidup bersama.