Habib dan abi berjalan dengan langkah besar mereka menuju ruang rawat bang Fahri. Cukup tergesa-gesa karena kabar buruk itu membuat mereka cemas juga. Begitu sampai di depan ruang rawat VIP 03, mereka langsung menghampiri seorang lelaki yang sedang duduk menopang seorang wanita di bahunya.
Yap, tidak salah lagi. Dia adalah seorang lelaki pemilik pesantren khusnul khotimah di salah satu sudut kota Bandung. Dia juga sempat menjadi adik iparku selama satu setengah tahun, meski sekarang statusnya sudah hampir lepas. Siapa lagi kalau bukan Umar.
Dari cerita yang kudapat dari Habib, dia mendapati Umar sedang duduk sambil memberikan bahunya untuk tempat bersandar mbak Anisa yang tak sadarkan diri. Habib pun bertanya apa yang sebenarnya terjadi.