Sidang di mulai lima belas menit lagi, dan aku masih berada di luar gedung bersama Umar. Ya, dia meminta waktuku sebentar untuk membicarakan hal yang katanya sangat penting. Aku tidak tahu tentang apa, tapi yang jelas 'hal penting' itu membuatku sangat penasaran.
Kami berdiri di salah satu anak tangga depan pintu utama gedung pengadilan. Tidak ada kursi disini hingga mengharuskan kami berdiri. Habib dan Aisyah sudah masuk duluan, kukatakan pada mereka kalau aku harus mengambil handphone ku yang tertinggal di mobil sebagai alasan.
"Kamu masih sakit? Bibirmu pucat sekali," ujar Umar memulai percakapan.
"Iya, tapi sudah mendingan, kok," balasku sambil menggigit bibir. "Kamu mau bicara apa? Sebaiknya cepat bicarakan atau aku akan masuk," kataku lagi.
Lelaki yang memakai atasan blazer warna cokelat dan celana senada itu mengangguk. Dia sedikit memperbaiki posisi lengan bajunya sebelum memulai bicara. Dia kelihatan sedikit gugup.
"Apa ini soal Farida?" tanyaku sebelum dia bicara.
